Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Ruang lingkup sosiologi pendidikan berkaitan erat dengan definisinya dalam bahasa Inggris. Terdapat dua macam istilah yaitu educational sociology dan sociology of education. Istilah yang pertama
pokok permasalahannya dari disiplin ilmu pendidikan, sedangkan  istilah yang kedua pokok pembahasannya adalah disiplin ilmu sosiologi (Jensen dalam Ahmadi. 2004 : 18-19). Para ahli sosiologi saat ini sudah memperhatikan pendidikan sebagai salah satu bidang garapannya.
Disiplin ilmu ini adalah cabang dari sosiologi sehingga untuk  mengajarkannya perlu mengetahui dasar-dasar ilmu sosiologi, namun kajian tersebut akan terasa kurang tajam apabila tanpa mengenal ilmu  pendidikan. Oleh karena itu, sosiologi pendidikan memerlukan sumbangan ilmiah dari dua disiplin ilmu tersebut

Menurut Brookover 
1) hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain;  2) hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya;  3) hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan; 4) pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik (Pavalko, 1976: 14-16)

Menurut Vembriarto 
1) Pendidikan ditinjau dari sudut orientasi sosial yang bersifat umum;  2) Masalah proses sosialisasi anak;  3) kehidupan dan kebudayaan sekolah, dan 
4) pendidikan ditinjau dari sudut hubungan antar pribadi (Vembriarto, 1990: 6) Educational

Abu Ahmadi 
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses-proses sosial dan pola-pola sosial yang berlangsung dalam sistem pendidikan (Abu Ahmadi, 2004: 24)


Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup atau kajian sosiologi pendidikan yang ada sistem pendidikan di tingkat sekolah maupun yang lebih luas yaitu masyarakat karena sebenarnya masyarakat juga melaksanakan fungsi pendidikan dengan pewarisan norma, nilai dan perilaku pada para anggotanya.

Guru di Indonesia diharapkan memiliki empat jenis kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Matakuliah sosiologi pendidikan disampaikan pada para calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang diharapkan mengajarkan kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan kompetensi sosial guru. Oleh karena masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen, maka calon guru harus mampu memahami dan mengkaji berbagai konsep yang timbul dalam sosiologi, berupa gagasan-gagasan, lembaga-lembaga sosial, atau wacana-wacana sosial  yang dominan muncul dan mempengaruhi masyarakat maupun pendidikan.

Dengan demikian ruang lingkup sosiologi pendidikan adalah analisis proses, pola, struktur dan dinamika yang terjadi dalam sistem pendidikan dan sistem-sistem di luar pendidikan yang berdampak terhadap pendidikan, baik secara makro maupun mikro.

Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

Jenjang Analisis Sosiologi Pendidikan  

Analisis Sosiologi Pendidikan terbagi menjadi analisis jenjang mikro dan jenjang makro, untuk itu dapat digambarkan Jenjang analisis sosiologi pendidikan

1. Analisis Jenjang Mikro
Kajian jenjang mikro (micro level) adalah salahsatu jenjang analisis dalam sosiologi yang memusatkan perhatian pada manusia sebagai agen perubahan, pilihan dan dinamika hubungan personal dan sistem sosial pada skala kecil dengan berbagai jenisnya, khususnya yang melibatkan interaksi tatap muka. Dalam pembahasan sosiologi pendidikan jenjang mikro dilaksanakan dalam membahas interaksi-interaksi sosial yang ada pada level  individu, sekolah dan masyarakat. Analisis pada jenjang ini biasanya menggunakan pendekatan interaksionisme simbolik. 

Setelah menganalisis dengan jenjang ini, diharapkan dapat dikembangkan pemahaman yang komprehensif tentang interaksi sosial dalam pola-pola dan proses-proses sosial dalam sistem pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Analisis sosiologi pendidikan pada jenjang mikro akan membahas interaksi sosial yang terjadi pada tingkat individu, kelas, keluarga, dan masyarakat.  Pada kenyataannya pokok bahasan sosiologi pendidikan sangat luas, berkaitan dengan sekolah misalnya, kita dapat membahas bagaimana sistem persekolahan terjadi, sekolah sebagai organisasi, dampak sekolah terhadap mobilitas sosial, stratifikasi (kelas, ras dan gender) dalam prestasi sekolah, teori dan pengalaman empiris di bidang sosial budaya dari sekolah, pemilihan sekolah, dan perbedaan sistem persekolahan antar negara dan hal-hal lainnya yang menggugah diskusi dan telaah terhadap materi tersebut.

2. Analisis Jenjang Makro 

Kajian jenjang makro adalah salahsatu jenjang analisis dalam sosiologi yang memusatkan perhatian pada sistem sosial dengan ukuran  yang lebih besar, khususnya masyarakat secara keseluruhan.
Pembahasan sosiologi pendidikan pada jenjang ini membahas berbagai aspek dalam kehidupan sosial yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan, terutama pendidikan dasar.   Aspek-aspek yang berpengaruh pada sistem pendidikan sangat banyak, karena pendidikan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Oleh karena itu untuk menganalisis  sistem pendidikan, perlu pola dibahas berbagai gagasan maupun lembaga yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan. Misalnya konsep tentang kebudayaan, ilmu, seni, teknologi, globalisasi, lingkungan, media massa, dan keberagaman.


Selain kedua jenjang tersebut, muncul pula jenjang messo atau jenjang pertengahan, muncul juga dalam pembahasan. Tingkat meso  berfokus khususnya pada manifestasi beragam area pokok sosiologi  khususnya pada perspektif teoretis. Jenjang mikro, meso dan makro saling terkait diantara ketiganya, meskipun demikian terdapat perbedaan-perbedaan dalam fokus perhatian utama, konsep-konsep  khusus dan proses-proses sosial (Johnson. 2008: 6). Jenjang messo dipergunakan oleh sosiolog untuk membahas permasalahan-permasalahan sosiologi yang mengkaji aplikasi suatu teori dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian Sosiologi Pendidikan 

Objek penelitian sosiologi pendidikan sangat luas, terutama berhubungan dengan proses-proses dan pola-pola dalam sistem pendidikan, dalam skala makro maupun skala mikro. Untuk meneliti permasalahan sosiologi pendidikan diperlukan kemampuan dalam memahami metodologi penelitian dalam ilmu-ilmu sosial terutama sosiologi pendidikan. Ilmu-ilmu sosial mempunyai cara-cara pelaksanaan penelitian yang berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang cenderung menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ilmu-ilmu sosial menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Objek Penelitian 
Penelitian Sosiologi pendidikan menurut beberapa pandangan berbeda-beda, tergantung pada pemahaman tentang sosiologi pendidikan. Menurut Vembriarto (1990: 6) penyelidikan dan pengembangan sosiologi berpusat pada empat hal. Pertama, pendidikan ditinjau dari orientasi sosial yang bersifat umum; kedua, masalah proses sosialisasi anak; ketiga, kehidupan atau kebudayaan sekolah, dan keempat, pendidikan ditinjau dari hubungan antar pribadi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah bagian dari kehidupan sosial yang memerlukan kajian sosiologi terapan, dengan objek bahasan pada sekolah, guru, siswa, dan berbagai aspek lain yang terkait. 

Nasution (2004:6-7) menyebut pokok – pokok penelitian sosiologi pendidikan meliputi 1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat; 2) Hubungan antar manusia di dalam sekolah; 3) Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, dan; 4) Sekolah dalam masyarakat.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa sekolah adalah bagian  penting dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pula ilmu-ilmu kemasyarakatan dalam mengkaji kependidikan. Masyarakat modern  mengalami perubahan yang cepat dan mondial (mendunia) sehingga perubahan sosial di berbagai belahan dunia dapat mempengaruhi masyarakat di bagian lainnya. Dengan demikian, pokok-pokok penelitian sosiologi pendidikan pun menjadi lebih luas daripada sekedar siswa, sekolah, masyarakat, dan sistem sosial sekitarnya

2. Metode Penelitian Sosiologi Pendidikan 

Sebagai bagian dari ilmu-ilmu sosial, sosiologi pendidikan menggunakan metode yang digunakan oleh ilmu sosial pada umumnya.  Metode tersebut, menurut Henslin (2006: 23-30) antara lain :
1. Survey
2. Observasi Partisipatif
3. Analisis Sekunder
4. Kajian Dokumen
5. Eksperimen 6. Langkah tak Mencolok 


Metode survey adalah metode yang cukup populer, dilakukan dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan kepada orang-orang. Agar permasalahan yang kita miliki dapat memperoleh hasil penelitian yang sahih dan terpercaya, maka perlu diperhatikan cara memilih sampel, yaitu bagian dari populasi yang diambil sebagai bahan penelitian. Setelah sampel dipilih, kemudian dipastikan pertanyaan yang dibuat hendaknya berupa pertanyaan yang netral, maksudnya memberikan kesempatan bagi responden untuk bebas menjawab. Ada dua tipe pertanyaan yaitu pertanyaan tertutup (closed- ended question) dan  pertanyaan terbuka (open-ended question). Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang diikuti oleh suatu daftar kemungkinan jawaban sedangkan pertanyaan terbuka memungkinkan responden menjawab dengan bebas. 

Observasi partisipatif adalah penelitian yang melibatkan  langsung peneliti pada suatu lingkungan penelitian sambil mengamati apa yang terjadi pada lingkungan tersebut. Sedangkan Analisis Sekunder adalah menganalisis data yang dikumpulkan oleh orang lain.   Kajian dokumen sebagai metode sosiologi berupa kajian terhadap sumber tertulis, misalnya buku, surat kabar, catatan perbankan, berkas imigrasi dan sebagainya. Eksperimen adalah penelitian dengan memberikan perlakuan terhadap kelompok tertentu. Sedangkan metode langkah tak mencolok (unobstrusive measures) dilakukan dengan cara mengamati perilaku orang-orang yang tidak tahu bahwa mereka sedang diteliti. Misalnya dengan pemasangan kamera atau sinar infra merah pada kereta barang di pasar swalayan.


Daftar Pustaka 


Abu Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan, Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta.   Dadang Supardan. 2007. Pengantar Ilmu Sosial: sebuah Pendekatan Struktural. Bandung: 

David Snedden. 1923. Educational Sociology. New York: The Century Co.
Doyle Paul Johnson. 2008. Contemporary Sociological Theory: An Integrated Multi-Level Approach. Lubbock Texas: Spranger. 

Francis Brown. 1961. Educational Sociology, Second Edition. Tokyo: Charles E. Tutle Company. 

George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6. (penerjemah: Alimandan). Jakarta: Kencana.

I.N. Thut dan Don Adams. 2005. Educational Patterns in Contemporary Societies. (penerjemah : SPA Teamwork). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jack Demaine (Ed.). 2001. Sociology of Education Today. New York: Palgrave.

James M. Henslin. Essentials of Sociology: a down-to-earth approach, Book Alone, 6th Edition (penerjemah: Kamanto Sunarto). Jakarta: Erlangga.

Jean-François Dortier. 1993. “Max Weber (1864-1920) Sosiologi Modernitas” dalam Philippe Cabin & Jean François Dortier (ed.). 2008. La sociologie: Histoire et idées. (penerjemah: Ninik Rochani Sjams). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Kathy S. Stolley. 2005. The basics of sociology. London: Greenwood Press.

Made Pidarta. 2000. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Noeng Muhadjir. 2000. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Philippe Cabin & Jean-François Dortier (ed.). 2008. La sociologie: Histoire et idées. (penerjemah: Ninik Rochani Sjams). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ravik Karsidi. 2007. Sosiologi Pendidikan. Solo: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).

S. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan,cetakan ketiga. Jakarta: Bina Aksara.

Soerjono Soekanto. 2003. Sosiologi suatu pengantar. Cet.36. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

ST. Vembriarto. 1990. Sosiologi Pendidikan, edisi revisi, cetakan pertama. Yogyakarta: Adi Offset.

Tukijan, dkk. 2007. Sosiologi Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Undang – Undang No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 
Undang – Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Post a Comment

0 Comments