Pengertian dan Pendekatan Sosiologi Pendidikan


Pengertian Sosiologi 

Arti harfiah sosiologi (sociology) berasal dari kata socius (bahasa Latin) yang artinya “teman“ atau “bersama orang lain” dan logos (bahasa Yunani) yang berarti “studi mengenai”, dengan
demikian sosiologi diartikan sebagai studi masyarakat. Sebagai istilah, sosiologi (sociologie) pertamakali digunakan dalam suatu  manuskrip yang tidak dipublikasikan oleh seorang penulis esai Perancis pada tahun 1780 yaitu Emmanuel Joseph Sieyes (http://en.wikipedia.org/wiki/sociology). Istilah itu kemudian dipakai  oleh August Comte (1798 – 1857). Saat itu Comte menggunakannya untuk istilah lain dari “Fisika Sosial”. Menurut Comte sosiologi tidak hanya mengungkapkan prinsip-prinsip sosial, tetapi juga akan menerapkannya pada reformasi sosial  (Henslin. 2007: 6). Comte dianggap sebagai pendiri sosiologi karena merintis analisis tentang tatanan sosial. 

Perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dengan berkembangnya Saat ini kita  mengenal sosiologi pembangunan, sosiologi pertanian, sosiologi pendidikan, sosiologi kesehatan, sosiologi hukum, sosiologi industri dan sebagainya. Setiap jenis masyarakat mempunyai karakteristik khusus yang memerlukan analisis sosiologi yang khusus.

Sosiologi Pendidikan merupakan ilmu terapan daripada ilmu sosiologi. Sosiologi sebagai disiplin ilmu sosial tertua merupakan ilmu yang mengkaji perilaku masyarakat dalam berbagai aspeknya, dalam perkembangannya sosiologi berkembang pesat, demikian pola cabang-cabang dan teori-teori yang dipergunakannya juga semakin berkembang. Perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dengan berkembangnya Saat  ini kita mengenal istilah seperti sosiologi pembangunan, sosiologi pertanian, sosiologi pendidikan, sosiologi kesehatan, dan sosiologi industri.

Ilmu Pendidikan adalah seni dan strategi mengajar yang merupakan bagian ilmu sosial. Ilmu Pendidikan semata tidak akan mampu menelaah pendidikan dalam masyarakat yang semakin lama semakin kompleks.  Oleh karena itu muncul sosiologi pendidikan yang akan menjawab pertanyaan – pertanyaan tentang masalah pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat, terutama
menyangkut aspek sekolah, guru, lingkungan dan masyarakat secara khusus dan secara umum. 

Sosiologi sebagai disiplin ilmu mempunyai obyek penelitian, metode, batang tubuh pengetahuan dan sudut pandang. Obyek penelitiannya adalah perilaku manusia dalam kelompok (Ahmadi. 2004:2). Perilaku manusia dalam kehidupannya mempunyai pola yang berbeda pada setiap kebudayaan. Menurut Pidarta (2000:145), Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok dan struktur sosialnya, dengan demikian pola-pola dan proses-proses sosial yang ada pada kelompok dan struktur masyarakat menjadi pokok bahasan sosiologi. Sedangkan Soekanto (2003: 23) menyimpulkan, setelah menelaah berbagai definisi sosiologi, bahwa sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, mencari  pengertian-pengertian umum, rasional, dan empiris serta bersifat umum.. 
Sedangkan Stolley (2005: 1) menyatakan sosiologi  sebagai studi ilmiah tentang perkembangan, struktur, interaksi, dan perilaku kolektif dalam hubungan sosial. 

Pendekatan Sosiologi 


Pendekatan ilmiah dalam memahami bagaimana sosiologi berkembang sesuai dengan perkembangan keilmuannya. Tiga pendekatan utama dalam sosiologi yaitu interaksionisme simbolik,
analisis fungsional dan teori konflik (Henslin. 2006: 14). 
Kajian atas manusia selalu menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda untuk mengenal dunia dan untuk saling berhubungan. Tanpa simbol, kehidupan sosial manusia tidak akan lebih baik dari binatang. Penganut interaksionisme simbolik mengkaji perilaku
manusia saat memaknai diri  dan orang lain. Dengan menggunakan simbol-simbol maka manusia memiliki sesuatu yang dinamakan sebagai keluarga, paman, guru, atau bahkan saudara laki-laki maupun perempuan. Dengan simbol juga akan muncul hubungan dan masyarakat.  Para penganut paham ini menekankan penelitiannya pada interaksi tatap muka, yang mana pada kejadian itu terdapat pendefinisian terhadap diri sendiri maupun lawan bicara masing-masing.

Analisis fungsional dikenal juga sebagai fungsionalisme atau fungsionalisme struktural berasal pandangan August Comte dan Herbert Spencer yang memandang masyarakat sebagai sejenis organisme hidup (Henslin. 2006: 16). Pendekatan ini dikembangkan secara luas oleh Talcott Parson beserta kolega dan  murid-muridnya sehingga menjadi pendekatan yang dominan dalam sosiologi pada abad keduapuluh. Menurut analisis fungsional, masyarakat merupakan satu kesatuan utuh yang terdiri atas bagian-bagian yang berhubungan yang saling bekerjasama.

Kaum fungsionalis mengatakan bahwa untuk mengenal masyarakat maka harus diketahui struktur (bagaimana bagian-bagian masyarakat saling menyatu untuk membentuk keseluruhan) dan fungsi (apa yang dilakukan tiap bagian, bagaimana bagian tersebut memberikan kontribusinya pada masyarakat).

Pembahasan tentang masyarakat akan berkaitan erat  dengan bagaimana penyelidikan tentang bagian-bagian dari struktur masyarakat dan peranan individu-individu yang membentuk suatu kesatuan pada masyarakat. Penekanan pada struktur lebih kuat daripada pada aspek lainnya dari masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang senantiasa bersaing untuk memperoleh sumber daya. Pemicunya adalah permasalahan ketimpangan ekonomi.  Menurut Karl Marx sebagai tokoh pendiri teori konflik yang menyaksikan transformasi Eropa karena revolusi industri, kunci sejarah manusia adalah perjuangan kelas sosial (Henslin. 2006: 18). Dalam setiap masyarakat, sekelompok kecil  menguasai alat produksi dan mengeksploitasi yang tidak menguasainya. Para sosiolog masa kini menggunakan teori konflik dengan konteks yang lebih luas daripada yang digunakan oleh Marx.


Dari bahasan diatas disimpulkan bahwa sosiologi mengkaji perilaku manusia secara ilmiah berkaitan dengan interaksi yang dilakukannya dalam kelompok. 

 Pengertian  Sosiologi Pendidikan 


Kajian sosiologi pendidikan selalu dikaitkan dengan Lester Frank Ward. Pada tahun 1883, ia menegaskan bahwa untuk memperbaiki masyarakat diperlukan pendidikan (Ballantyne, 1983:11).

Sosiologi Pendidikan menurut para Ahli

1. Fairchild 
Sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental

2. F.G. Robbins 
Sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan

3. E. George Payne 
menjelaskan lembaga, kelompok sosial dan proses sosial yang diperoleh dan dialami oleh individu, terutama yang secara khusus berkaitan dengan sistem pendidikan yang selalu berevolusi dan berubah

4. Ellwood 
ilmu yang bertujuan untuk menemukan hubungan pada berbagai aspeknya, antara proses mendidik dan proses sosial

5. E.B. Reuter 
evolusi lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, khususnya pada pengaruh lembaga pendidikan terhadap kepribadian sosial setiap individu

6. W. Dodson 
Mempelajari dampak lingkungan budaya secara keseluruhan yang diperoleh dan disusun oleh pengalaman.

7. Wuraji  
Ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat dalam pendidikan.

Sosiologi pendidikan muncul sebagai suatu keharusan sejarah  karena dalam masyarakat terbukti pendidikan merupakan alat yang cukup ampuh untuk memunculkan perubahan-perubahan sosial.
Pendidikan juga menjadi factor yang menentukan untuk menilai maju mundurnya suatu masyarakat. Masyarakat atau negara yang sistem pendidikannya buruk akan mengalami hambatan dalam  Pembangunan nasionalnya. Kaum pendidik sadar bahwa banyak hal dalam sistem pendidikan tidak dapat dikaji dari disiplin ilmu pendidikan semata, perlu urun rembug dari ilmuwan sosial, seperti sosiolog. Perkembangan masyarakat yang pesat juga menjadi pendorong bagi berkembangnya sosiologi pendidikan seperti saat ini. 



Tujuan Sosiologi Pendidikan  

Tujuan sosiologi pendidikan menurut George W. Herrington (dalam Ahmadi. 2004: 9-10), adalah sebagai berikut :
1) memahami peranan guru di komunitas dan sekolah sebagai instrumen perkembangan sosial dan faktor sosial yang mempengaruhi sekolah
2) memahami ideologi demokrasi, kebudayaan, sistem ekonomi dan kecenderungan sosial dikaitkan dengan institusi pendidikan formal dan informal.
3) memahami kekuatan-kekuatan sosial dan pengaruhnya terhadap individu.
4) sosialisasi kurikulum


Sedangkan Nasution (2004: 2-5), dengan menyitir Brown, Cook, Waller dan Payne, menyebut tujuan sosiologi pendidikan sebagai:  1) analisis proses sosialisasi; 2) analisis pendidikan  dalam masyarakat; 3) analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat; 4) alat kemajuan dan perkembangan sosial; 5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan.; 6) sosiologi terapan, dan 7) latihan bagi petugas  pendidikan. Sosiologi pendidikan merupakan penerapan praktis sosiologi bagi keperluan pendidikan.

Tujuan Sosiologi Pendidikan dalam konteks Pendidikan di Indonesia adalah memberikan pembekalan dasar-dasar ilmiah sosiologi kepada para guru atau calon guru agar mampu mengetahui, memahami, menerapkan dan melaksanakan dimensi sosiologi dalam pendidikan, sehingga tercapai tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian akan tercapai aspek profesionalisme pada guru, secara pribadi maupun sosial.


Rangkuman
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara ilmiah, terutama interaksi sosial dalam kelompok. Umumnya ada tiga pendekatan dalam sosiologi yaitu interaksionisme simbolik, strukturalisme fungsional, dan teori konflik. Dalam perkembangannya pendekatan sosiologi dibagi menjadi dua yaitu pendekatan mikro sosiologi dan pendekatan makrososiologi. Pendekatan mikrososiologi menggunakan analisis pada interaksi manusia pada tingkat mikro, dengan analisis interaksionalisme simbolik. Pendekatan makrososiologi menggunakan analisis teori konflik dan teori strukturalisme fungsional.  Sosiologi Pendidikan mengkaji struktur dan proses pendidikan di masyarakat baik secara khusus maupun umum. Secara khusus membahas aspek-aspek sosial dari pendidikan pada tingkat individu, keluarga, dan sekolah. Secara umum membahas berbagai ide, nilai, system ataupun lembaga sosial yang berpengaruh terhadap struktur dan dinamika proses pendidikan. Tujuan sosiologi pendidikan adalah tercapainya kompetensi professional guru pada aspek sosial maupun kepribadian dengan memberikan pembekalan bagi para guru/calon guru agar mampu mengetahui, memahami, menerapkan dan melaksanakan dimensi sosiologi dalam pendidikan, sehingga tercapai tujuan pendidikan nasional.










































Post a Comment

0 Comments