PENGERTIAN RESESI / KRISIS EKONOMI

PENGERTIAN RESESI / KRISIS EKONOMI

Krisis ekonomi adalah sebuah konsep yang menjelaskan suatu kondisi perekonomian yang mengalami resesi atau depresi, yang  diikuti  dengan  munculnya dampak berupa penurunan PDB, inflasi atau deflasi, terhambatnya likuiditas moneter. Sdangkan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan krisis sebagai suatu situasi yang genting dan gawat, mengenai suatu kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut  kehidupan. Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai. Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDB-nya. Maksudnya, ketika suatu negara mempunyai hutang terhadap negara lain dan bunga dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi pendapatan Negara tersebut tidak mengalami pertambahan akibat krisis ekonomi, sehingga membuat Negara tersebut mengalami kesulitan untuk membayar hutang-hutangnya.


Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, memberi dampak besar pada negara-negara Asia yang sedang berkembang, salah satunya adalah Indonesia pada ekspor perkebunan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Ini memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya penurunan hraga berbagai komoditas anjlok akibat adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga peluang untuk memasarkan sangat sulit Krisis ekonomi global yang terjadi pada kuartal kedua  tahun  2008, memiliki potensi menjadi salah satu krisis terbesar di dunia setelah The Great Depression yang terjadi di Amerika Serikat awal tahun 1930. Melihat kondisi perekonomian global sebelum terjadi krisis ekonomi global  pada  tahun  2008,  dapat disimpulkan bahwa krisis tersebut  menjadi  semakin  meluas  dan memberikan dampak yang besar disebabkan oleh adanya akumulasi dari beberapa krisis dalam bidang ekonomi yang melanda dunia dalam jangka waktu beberapa tahun terakhir. Setidaknya ada dua krisis besar yang dapat disebut dalam jangka waktu 2 tahun terakhir, yaitu krisis peningkatan harga minyak mentah dunia dan krisis finansial di Amerika Serikat. Kegagalan Amerika Serikat dalam mengelola sistim keuangan membawa dampak  berupa  krisis  keuangan  dalam  lingkup internal perekonomian Amerika Serikat. Perekonomian dunia yang bersifat global, membuat krisis finansial di Amerika Serikat berdampak kepada negara-negara lainnya. Selain itu, disadari pula bahwa perekonomian dunia belum lama ini menghadapi krisis peningkatan harga minyak dunia yang sempat membawa keterpurukan yang berkepanjangan bagi dunia industri di banyak negara. Amerika Serikat juga merupakan negara yang  terkena  dampak  dari  krisis  peningkatan harga minyak dunia. Krisis kenaikan  harga  minyak  ditambah  dengan  adanya krisis keuangan di Amerika Serikat yang bertransformasi menjadi krisis ekonomi global, mengakibatkan keterpurukan dunia perekonomian  di  berbagai  negara dunia.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KRISIS EKONOMI 


Ada dua faktor yang menyebabkan krisis ekonomi terjadi, yaitu faktor internal dan faktor eksterenal.

1. Faktor Internal 

a. Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan PDB adalah salah satu indikator utama ekonomi makro yang sering digunakan dalam menganalisis kinerja ekonomi sebuah Negara. PDB (Produk domestik Bruto) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan ekonomi. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

b. Struktur Ekonomi
Kelemahan fundamental ekonomi makro dalam hal stuktur ekonomi juga bisa merupakan salah satu penyebab, mungkin bukan yang membuat terjadinya krisis tetapi yang mengakibarkan krisis tersebut terus berlangsung dan semakain parah. Pada dasarnya struktur ekonomi yang lemah mencerminkan tidak seimbangnya perkembangan dan pertumbuhan antarsektor di satu pihak, dan tidak adanya “sektor kuci” (walaupun sektor tersebut dominan di dalam sturktur ekonomi dengan suatu kinerja yang baik di pihak lain. Sektor-sektor ekonomi tidak menunjukkan kinerja yang sama, misalnya dalam hal tingkat produktivitas, efisiensi atau profitabilitas, atau kontibusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan PDB tidak seimbang antarsektor.

c. Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto)
Berdasarkan suatu laporan dari WTO (1996), struktur perdagangan dunia menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Indonesia tidak termasuk dalam 25 besar Negara-negara pengespor produk-produk manufaktur. Masih lemahnya Indonesia dalam mengembangkan ekspor bernilai tambah tinggi, sementara masih sangat tergantung pada impor produk-produk bernilai tambah tinggi dapat dianggap sebagai penyebab utama kurangnya cadangan devisa (khususnya dolar AS) yang dimilik Indonesia, untuk mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga rupiah melemah terus dan akhirnya tidak hanya menyebabkan tetapi juga memperparah krisis ekonomi.

d. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Dalam fundamentall ekonomi Indonesia pada tingkat meso, ada dua sektor penting yang turut juga bertanggungjawab atas terjadinya atau terus berlangsungnya krisis ekonomi di Indonesia hingga saat ini, yakni sektor industri manufaktur dan sektor perbankan. Perkembangan sektor industri manufaktur di Indonesia yang tidak sehat selama periode Orde Baru, dalam arti tingkat produktivitas, efisiensi dan daya saing yang rendah, serta ketergantungan yang tinggi terhadap impor dan modal asing, juga merupakan salah satu penyebab lemahnya fundamental ekonomi Indonesia.

2. Faktor Eksternal 

Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer (1998), krisis ekonomi di Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-negara maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan ketidakseimbangan global. Maksudnya, seperti di Jepang dan Eropa Barat, pertumbuhan ekonomi mengalami kesulitan dan kebijaksanaan moneter tidak berubah serta tingkat suku bunga sangat rendah. Semua ini membuat kedua wilayah itu menjadi kurang menarik bagi investasi. Dengan perkataan lain, dana berlimpah ruah tetapi proyekproyek yang menarik untuk investasi berkurang. Faktor eksternal lainnya adalah disebabkan oleh daya saing Indonesia di Asia yang lemah. Tingkat nilai tukar mata uang-mata uang dari Negara-Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terhadap dolar AS yang terlalu kuat (Over valued). Selain faktor-faktor ekonomi, krisis di Asia itu juga disebabkan oleh faktor-faktor nonekonomi, seperti sosial, budaya, kultur dan politik.

Dan faktor psikologis juga sangat berperan, paling tidak membuat krisis rupiah itu menjadi suatu krisis ekonomi besar. Dampak psikologis muncul dari krisis di Indonesia adalah merebaknya fenomena kepanikan di mana-mana yang melanda masyarakat keuangan internasional, sehingga para pemilik modal internasional memindahkan modal mereka dari Indonesia secara tiba-tiba dalam jumlah yang sangat besar. Kepanikan ini, kemudian diikuti oleh warga Negara di Indonesia dengan melakukan hal yang sama, hal serupa juga terjadi di Thailan dan Korea selatan.

 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RESESI EKONOMI


 Suatu negara dikatakan masuk masa resesi, apabila muncul beberapa indikator berikut.

1. Terjadi ketidakseimbangan antara produksi dengan konsumsi
Ekonomi tak jauh-jauh dari produksi dan konsumsi. Keseimbangan diantara keduanya menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka akan terjadi masalah dalam siklus ekonomi. Apabila tingginya produksi tidak diikuti dengan tingginya konsumsi, akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Sebaliknya, jika produksi rendah sedang konsumsi tinggi maka kebutuhan dalam negeri tidak akan mencukupi sehingga harus dilakukan impor. Hal ini akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.

2. Pertumbuhan ekonomi lambat bahkan merosot selama dua kuartal terturut-turut
Dalam perekonomian global, pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran untuk menentukan baik buruknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi suatu mengalami kenaikan secara signifikan, artinya negara tersebut dalam kondisi ekonomi yang kuat. Demikian pula sebaliknya. Nah, pertumbuhan ekonomi ini menggunakan acuan produk domestik bruto yang merupakan hasil penjumlahan dari konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor yang dikurangi impor. Jika produk domestik bruto mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami kelesuan atau resesi.

3. Nilai impor jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor
Dalam perdagangan internasional, kegiatan impor dan ekspor sangatlah wajar. Selain untuk menjalin kerja sama ekonomi, tujuan dari impor dan ekspor salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kedua negara. Negara yang kekurangan komoditas karena tidak bisa memproduksi sendiri, bisa mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi bisa mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Namun, jika impor dengan ekspor tidak stabil bisa berdampak pada perekonomian negara. Nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor berisiko pada defisit anggaran negara.

4. Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi
Untuk alasan dan kepentingan tertentu, inflasi memang diperlukan. Namun, inflasi yang terlalu tinggi justru mempersulit kondisi ekonomi, karena harga-harga komoditas melonjak sehingga tak bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, utamanya yang kelas ekonominya menengah ke bawah.
Kondisi ekonomi akan semakin parah apabila inflasi tidak diikuti dengan daya beli masyarakat yang tinggi. Tak hanya inflasi yang berdampak pada resesi, tetapi juga deflasi. Harga-harga komoditas yang menurun drastis bisa mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan yang rendah. Akibatnya, biaya produksi tidak tertutup sehingga volume produksi rendah.

5. Tingkat pengangguran tinggi
Tenaga kerja menjadi salah satu faktor produksi yang memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran di negara tersebut jelas akan tinggi. Risikonya, daya beli rendah bahkan memicu tindak kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup.

DAMPAK DARI RESESI EKONOMI 


1. Resesi ekonomi menyebabkan pendapatan dan profit menurun
Baik bisnis besar ataupun bisnis kecil, keduanya bakal kena imbas terjadinya resesi ekonomi. Imbas ini tampak pada menurunnya pendapatan (revenue) dan keuntungan (profit) yang diperoleh perusahaan. Sebagai solusi, perusahaan bakal berhenti buat merekrut karyawan baru. Perusahaan juga mengurangi ongkos produksi dengan mengurangi pembelian peralatan baru, pengembangan produk baru, hingga meminimalkan pengeluaran buat pemasaran. Adanya pengurangan-pengurangan tersebut nantinya memengaruhi bisnis lainnya yang selama ini bersinggungan.

2. Turunnya pendapatan diikuti dengan merosotnya harga saham dan dividen
Perusahaan yang berstatus terbuka atau Tbk. wajib melaporkan pendapatan dan laba yang diperolehnya dalam laporan keuangan tiap kuartal. Perubahan yang terjadi di laporan keuangan memberi pengaruh yang gak sedikit terhadap perubahan harga saham. Harga saham bisa naik kalau pendapatan dan profit perusahaan meningkat. Sementara harganya bakal merosot seandainya pendapatan dan profit perusahaan menurun. Merosotnya harga saham tampak jelas saat terjadinya resesi ekonomi. Soalnya para investor gak mau ambil risiko menempatkan dananya dalam waktu yang lama dalam bentuk saham.

3. Pembayaran kredit perusahaan tersendat-sendat
Gangguan yang terjadi pada bisnis akibat resesi ekonomi menyebabkan perusahaan kesulitan membayar kredit yang menjadi kewajibannya. Pasalnya, pendapatan yang turun menjadi hambatan perusahaan dalam membayar kredit atau utang. Dalam situasi tertentu, perusahaan bisa berada dalam situasi gagal bayar atau default karena gak bisa membayar utangnya ke bank ataupun para pemilik obligasi. Singkatnya, perusahaan bisa dikatakan mengalami kebangkrutan. Reputasi perusahaan pun menjadi jelek karena terlambat atau menunggak membayar kredit atau utang. Buruknya reputasi membuat perusahaan bakal sulit dalam memperoleh dana pinjaman.

4. Resesi ekonomi mengakibatkan terjadinya PHK dan berkurangnya benefit karyawan
Terjadi pengurangan tunjangan hingga PHK. (Shutterstock) gajiji karyawan termasuk salah satu komponen dari ongkos produksi. Perusahaan yang pendapatan dan profitnya berkurang akibat resesi ekonomi mau gak mau meminimalkan ongkos produksi dengan membatalkan kenaikan upah. Terkadang dalam suatu situasi, pihak perusahaan dan para karyawan bertemu buat membicarakan penyelamatan perusahaan. Beberapa cara ditempuh, mulai dari pengurangan upah hingga pengurangan tunjangan.  Kemungkinan-Kemungkinan buruk yang bisa aja terjadi adalah keputusan buat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Bahkan, bukan tidak mungkin, terjadi penutupan pabrik yang dimiliki perusahaan tersebut.

5. Berkurangnya kualitas atau kuantitas dari produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan
Kualitas barang dan jasa berkurang. (Shutterstock) pemangkasan ongkos produksi atau pengeluaran juga memberi dampak dampak pada kualitas atau mutu dari produk ataupun jasa yang dihasilkan perusahaan. Sebab, kalau kualitas tetap dipertahankan, perusahaan mau gak mau menerima konsekuensi turunnya pendapatan atau profit lebih dalam lagi.

DAFTAR PUSTAKA 


Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga Jokowi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015 ). 
Musni Umar, Dkk. Terobosan Pemulihan Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Forum Kampus Kuning, 2002). 
Faisal H. Basri, Perekonomian Indonesia, Tantangan dna Harapan bagi kebangkitan Ekonomi IndonesiaI, (Jakarta:Erlangga, 2002). 
Brata Trisnu Nugroho, Prahara Reformasi Mei 1998, (Semarang: UPT UNNES Press, 2006). 
Krisis ekonomi global dan upaya penanggu langannya, chapter II. PDF. 
Ridwan Abdul Malik. (2019, September 16), RMOLUJabar 2019, from http://www.rmoljabar.com/read/2019/09/16/105397/Prediksi-Enggar-TahunDepan-Bakal-Terjadi-Krisis-Ekonomi-Global- 
Narita Indrasiti. (2019, September 26), Kontan 2019, from https://www.google.com/amp.kontan.co.id./news/ancaman-resesi-di-depanmata-cermati-tanda-tandanya

Post a Comment

0 Comments