1. Macam-macam
Perhatian
Beberapa perhatian dapat digolongkan bermacam-macam, di bawah ini peneliti mencoba memaparkan macam-macam perhatian, yaitu sebagai berikut:
Beberapa perhatian dapat digolongkan bermacam-macam, di bawah ini peneliti mencoba memaparkan macam-macam perhatian, yaitu sebagai berikut:
a. Perhatian
atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai
suatu aktifitas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi:
(1) Perhatian intensif
(2) Perhatian tidak intensif
Makin banyak kesadaran yang menyertai suatu
aktivitas atau pengalaman batin, berarti makin intensiflah perhatiannya.
Sementara itu makin intensif perhatian yang menyertai suatu aktivitas aan makin
sukseslah aktivitas itu.
b.
Perhatian atas dasar cara timbulnya, perhatian ini
dibedakan menjadi:
(1) Perhatian spontan (perhatian tak-sekehendak, perhatian tak disengaja).
(2) Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian rekleksif).
Perhatian jenis pertama timbul begitu saja, “seakan-akan”
tanpa usaha, tanpa disengaja,
sedangkan perhatian jenis kedua timbul karena usaha, dengan kehendak.
c. Perhatian
atas dasar luasnya obyek yang dikenai perhatian, perhatian ini dibedakan
menjadi:
(1) Perhatian terpencar (distributife)
(2) Perhatian terpusat
Perhatian terpencar pada suatu saat dapat teruji kepada bermacam-macam obyek,
sementara perhatian yang terpusat ialah perhatian yang terpusat pada suatu saat
hanya dapat tertuju kepada obyek yang sangat terbatas.
2.
Bentu-bentuk Perhatian
Bentuk-bentuk perhatian tentu sangat dibutuhkan
oleh orang tua dalam membina akhlak siswa. Bentuk-bentuk perhatian tersebut
dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap anak, pemberian
motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar anak.
a.
Pemberian bimbingan dan nasihat
Menurut wasilatun dengan mengutip dari Oemar Hamalik kemudian mengutip pendapat Sties dan Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses untuk menolong individu dan kelompak supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalahnya. Kemudian ia juga mengutip pendapat Stoops yang menyatakan bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus untuk kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesaar-besarnya, baik bagi dirinya maupun masyarakat.
Dari pendapat di atas, bimbingan merupakan aspek
yang sangat penting dalam menumbuh kembangkan watak atau perilaku anak, anak
tidak dapat berjalan dengan sendirinya tanpa ada bimbingan dari orang tuanya,
selain itu kewajiban orang tua adalah membimbing anak kepada jalan yang benar,
sebagaiman dalam hadits Rasulullah SAW. Dari Abu hurairah yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim, sebagai berikut:
كل مولود علي الفطرۃ فابواه يھودانھ اوينصرانه اويجسانه (روه البخري ومسليم)
Artinya: “tiap-tiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih (suci) maka orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”.(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits di atas, orang tua memgang peranan
yang sangat penting dalam membentuk tingkah laku atau pola anak. Anak akan
menjadi baik itu bergantung kepada orang tuanya, sebaliknya, anak akan menjadi
buruk itu pun bergantung kepada orang tuanya.
Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan
nasihat kepada anak. Memberi nasihat berarti memberi saran-saran untuk
memecahkan suatu masalah berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat.
Nasihat merupakan suatu dorongan yang dapat mengubah tingkah laku anak kepda
sebuah kebenaran dalam berprilaku. Dalam ayat Al-Qur’an Allah memberikan contoh
melalui sejarah para nabi terdahulu, contoh tersebut tercermin dalam surah
Luqman ayat 13 Allah berfirman:
واذ قال لقمان لابنه وهو يعظه
يا بني لا تشرك بالله ان الشرك لظلم عظيم (لقمان :١٣)
Artinya:“dan (ingatlah) ketika lukman berkata
kepada anaknya diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersukutuan (Allah) adalah
benar-benar kelaliman yang besar”.
Dalam ayat di atas, luqman yang berperan sebagai orang tua memberi nasihat kepada anaknya, yaitu nasihat yang diberikan kepada anaknya agar anaknya tidak menyekutukan Allah. Ini merupakan cerminan bahwa nasihat orang tua yang positif merupakan suatu hal yang sangat baik dalam menumbuhkan akhlak yang baik kepada anak.
Dalam ayat di atas, luqman yang berperan sebagai orang tua memberi nasihat kepada anaknya, yaitu nasihat yang diberikan kepada anaknya agar anaknya tidak menyekutukan Allah. Ini merupakan cerminan bahwa nasihat orang tua yang positif merupakan suatu hal yang sangat baik dalam menumbuhkan akhlak yang baik kepada anak.
Nasihat yang diberikan oleh orang tua terhadap
anak hendaknya tidak bersifat memarahi atau menghukumnya, semisal mencaci,
memukul, menempeleng, dan lain sebagainya yang bersifat kekeras. Adapun hukuan
yang dapat diberikan ialah hukuman yang bersifat mendidik tetapi bukan dengan
kekerasan. jika hal itu yang dilakukan oleh orang tua, kemungkinan besar apa
yang menjadi harapan orang tua tidaklah terwujud.
0 Comments