Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Yang Sesungguhnya

Di zaman yang semakin modern dengan berbagai kemajuan teknologi, pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk bisa memajukan suatu Negara.

Masa depan generasi muda terletak pada sosok-sosok guru yang dengan rela mengajar di wilayah-wilayah pelosok yang sulit terjangkau berbagai fasilitas.


Sosok guru yang rela melakukan perjuangan itu antara lain adalah Alexander Faot, yang merupakan seorang guru sekaligus kepala sekolah di SDN Amsila, Desa Nuanu, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, yang berjarak kurang lebih 50-60 kilometer dari pusat Kota Kupang.

Potret wajah pendidikan di NTT khususnya di wilayah pedalaman memang sangat memprihatikan. Bayangkan, sejumlah sekolah di NTT di usia Indonesia yang ke-70 ini masih ada yang dalam keadaan darurat, masih berlantaikan tanah, beratapkan daun lontar, serta berdinding bambu.




 








Tidak hanya itu, kendala dunia pendidikan di wilayah pedalaman NTT khususnya di daratan Timor juga tidak bisa berkembang dengan baik karena banyaknya orang tua yang lebih suka anak-anaknya mengurus kebun dan menjaga ternak dibandingkan mengenyam pendidikan di bangku sekolah.

Hal-hal seperti itulah yang menjadi kendala sehingga pendidikan di wilayah pedalaman NTT belum bisa berkembang baik.

Namun permasalahan ini tidak membuat Alexander Faot putus asa. Pria berusia 40 tahun tersebut justru menganggapnya sebagai sebuah tantangan bagi dunia pendidikan di NTT, khususnya di sekolah yang dipimpinnya.

"Ya mau bagaimana lagi, begini sudah kondisi sekolah dan masyarakat di sekolah ini," katanya sambil menarik napas, seolah-olah telah putus asa dengan apa yang telah ia lakukan.

Alexander mengatakan satu hal yang menjadi penyemangat agar bisa terus membangun sekolah di Desa Nuanu tersebut adalah keinginan tulusnya untuk menghasilkan generasi baru yang lebih mementingkan pendidikan ketimbang menjaga kebun atau ternak di usia mereka yang seharusnya berada di bangku sekolah.

Selama tiga tahun semenjak berdirinya sekolah tersebut pada 2013, Alexander Faot bersama delapan guru lainnya mencari cara untuk membuat orang tua murid di desa itu sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

Walaupun hanya diberi gaji sebesar Rp78 ribu per bulan, namun semangat guru-guru yang ada di sekolah tersebut tidak pernah pudar, dan tidak pernah lelah untuk bisa mencari ide mendekatkan diri dengan orang tua wali murid.

Baik Alexander maupun delapan guru-guru di sekolah tersebut bak seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang mempunyai mimpi untuk memajukan dunia pendidikan di NTT dengan cara yang mereka miliki.

Semoga kisah ini menjadi inspiratif bagi kita semua.
 
 Sumber : rimanews

Post a Comment

0 Comments