Model Teknik Analisis Taksonomik dan Komparatif Konstan

4. Teknik Analisis Taksonomik (Taksonomic Analysis)

Teknik analisis Domain menghasilkan analisis yang bersifat umum, tetapi belum terinci serta masih bersifat menyeluruh. Apabila yang diinginkan adalah suatu hasil analisis yang terfokus  pada suatu domain atau sub-sub domain tertentu maka penelitian akan lebih tepat bila menggunakan analisis Taksonomik. Dengan analisis Taksonomik maka analisa kan terfokus pada domain-domain tertentu, kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci yang memiliki rumpun yang sama.

5. Teknik Analisis Komparatif Konstan (Constant Comparative Analysis)

Teknik Analisis Komparatif adalah teknik yang digunakan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi disaat peneliti menganalisa kejadian tersebut dan dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian dilakukan. Berney G. Galaser dan Anselm L. Strouss mengemukakan beberapa Teknik Komparatif Konstan, yaitu: membandingkan kejadian yang dapat diterapkan pada tiap kategori, tahap memadukan kategori-kategori serta ciri-cirinya, tahap membatasi lingkup teori dan tahap menulis teori (lihat Berney G. Galaser dan Anselm L. Strouss, The Discovery of Grounded Theory, Ichicago: Aldeline Publishing Company, tt, yang diterjemahkan oleh Abdul Syukur Ibrahim dan Machrus Syamsuddin, Surabaya: Usaha Nasional, tt, hl.66, yang dikutip oleh Burhan Bungin, 2003:101)

1)    Tahap Membandingkan Kejadian Yang Dapat Diterapkan Pada Tiap kategori.
Pada tahap ini ada dua kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu mencatat kejadian  dan memberi komentar tentang catatan tersebut. Setiap kejadian dalam proses penelitian yang relevan dengan masalah penelitian hendaknya dicatat oleh peneliti, sekalipun kejadian tersebut terjadi secara berulang kali. Dari hasil pencatatan tersebut peneliti dapat membandingkan (dimensi, kondisi saat kejadian berlangsung, konsekuensi, hubungannya dengan kategori lain) secara terus-menerus sehingga peneliti dapat menemukan ciri-ciri kategori teoritis.

Dari hasil pencatatan tersebut, maka peneliti akan menemukan atau mengalami berbagai konflik  dalam taraf pemikiran, sehingga peneliti akan tertarik pada hal-hal yang bersifat teoritis. Dari sinilah peneliti mulai membuat komentar tentang gagasan tema yang diteliti. Hal yang menonjol dalam tahapan ini adalah  bagaimana peneliti dapat menangkap kategori-kategori  dan ciri-cirinya dalan setiap kejadian, kemudian dianalisa dengan teori sehingga dapat menunjang analisis berikutnya.

2)    Memadukan kategori dan Ciri-cirinya.
Pada tahap ini peneliti membandingkan kejadian-kejadian yang ada dan kemudian dari kejadian tersebut muncul kategori-kategori. Contoh peneliti menemukan kategori penolakan program KB pada masyarakat pedesaan sedangkan kategori penerimaan program KB ada pada masyarakat perkotaan. Kemudian tahap kedua peneliti memadukan ciri masing-masing kategori, misal kategori penolakan pada masyarakat desa yang memiliki tingkat pendidikan rendah, pasangan yang baru nikah, kelompok agamis, sedangkan kelompok masyarakat desa yang bekerja sebagai guru, pegawai cenderung menerima KB. Artinya dalam tahap ini peneliti dituntut untuk mencari ciri-ciri kategori secara detail sehingga data penelitan dapat dianalisa secara mendalam.

3)    Membatasi Lingkup Teori
Pembatasan teori pada tahap ini lebih banyak  dilihat dari bagaimana peneliti membatasi  lingkup sekian banyak teori  sederhana yang terbentuk dari tahap sebelumnya, kemudian digeneralisasi ke dalam arus teori yang lebih besar relevansinya.

4)    Tahap Menulis Teori
Bila seorang peneliti telah yakin bahwa kerangka analisisnya dapat membentuk teori subtantif yang sistematik, maka hal tersebut sudah merupakan pernyataan akurat yang beralasan tentang masalah-masalah yang dikaji serta dapat dipahami oleh orang lain yang berminat dengan hasil penelitian tersebut.

Post a Comment

0 Comments