Pengertian, jenis, macam Validitas Instrumen Penelitian

Pengertian dan Macam-macam Validitas


Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variable penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Hal-hal yang menyebabkan data yang dikumpulkan tidak valid dan tidak reliabel, merupakan prasyarat agar hasil penelitian yang dicapai dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Contoh: apa bila kita ingin mengukur panjang suatu ruangan, alat yang diperlukan adalah penggaris (meteran), berarti alat tersebut valid karena sesuai dengan fungsinya untuk mengukur panjang, dan sekalipun diukur lebih dari dua kali, hasilnya juga tetap sama artinya rileabilitasnya teruji. Tetapi apabila diukur dengan langkah kaki, maka hasilnya bila diukur lebih dari dua kali maka hasilnya akan berbeda, berarti tidak reliabel.

Ada beberapa macam validitas antara lain:

 

a.    Validitas konstruk


Konstruk adalah kerangka dalam suatu konsep, misalkan seorang peneliti ingin mengukur konsep ’relegiusitas’. Konsep relegiustas, harus dijabarkan dalam kerangka konsep yang dapat dijabarkan dalam tolak ukur operasional. Ada tiga cara untuk mencapai kerangka konsep dalam suatu penelitian, antara lain:
  1. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis dalam literatur. Apabila definisi tersebut sudah mengandung kerangka konsep (ada tolok ukurnya), maka peneliti langsung bisa menggunakannya, namun apabila belum maka perlu dioperasionalkan sehingga ada tolok ukur yang jelas.
  2. Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan konsep tersebut, dengan cara mendiskusikan dengan para ahli yang kompeten dibidangnya.
  3. Menyamakan definisi yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.

Misalnya untuk mengukur relegiusitas, dapat menggunakan pendapat dari Glock dan Stark (1963), yang  menyatakan bahwa untuk mengetahui kadar relegiusitas individu dapat dipakai kerangka berikut:
  1. Keterlibatan ritual (Ritual involvement), yaitu sejauhmana seorang mengerjakan kewajiban  ritual di dalam agama mereka (sholat, zakat, puasa, membayar zakat).
  2. Keterlibatan ideologi (Ideological involvement), yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatis di dalam agama mereka (misal: apakah seorang percaya pada malaikat, hari kiamat)
  3. Keterlibatan intelektual (Intelectual involvement), yang menggambarkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agama. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agama (misal: ikut pengajian, membaca buku agama).
  4. Keterlibatan pengalaman (Experiental involvement), yaitu menunjukkan apakah seoseorang pernah mengalami pengalaman spektakuler  yang merupakan keajaiban dari Tuhan (misal: merasakan do’anya terkabul).
  5. Keterlibatan secara konsekuen (Consequential involvement), yaitu tingkatan sejauhmana perilaku seorang konsekuen dengan ajaran agama. (misal: berjudi, berzina).

b.    Validitas isi


Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat tersebut mewakili sebagai aspek kerangka konsep. Contoh seorang peneliti ingin meneliti tingkat relegiusitas suatu masyarakat, maka seluruh aspek (5 aspek relegiusitas: Keterlibatan ritual, Keterlibatan ideologi,  Keterlibatan intelektual, Keterlibatan pengalaman, Keterlibatan secara konsekuen)  harus  dimasukkan dalam kerangka konsep yang disusun dalam teknik dan instrumen pengumpulan data.

c.    Validitas eksternal

 

Validitas eksternal berkaitan dengan hasil yang dicapai dari instrumen yang digunakan sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang diteliti. Contoh: seorang peneliti ingin mengetahui validitas tes IPS. Caranya adalah mencoba tes tersebut kepada siswa yang diambil sebagai subyek uji coba. Hasil yang diperoleh kemudian dikorelasikan  dengan nilai IPS anak-anak tersebut, misal dari nilai rapor, sebagai ukuran atau kriterium.

d.    Validitas prediktif


Alat pengukur yang dibuat oleh peneliti dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Contoh tes masuk perguruan tinggi  bagi siswa yang lulus diprediksikan mampu mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan sukses.

Post a Comment

0 Comments