Pendidikan Ibu Berpengaruh Terhadap Kesuksesan Anak

Aktivis/pegiatn yang juga Ketua LSM Neema Surabaya, Niken Mahendra, menyatakan pendidikan tinggi yang dimiliki seorang ibu menjadi kunci sukses yang menandai kesabarannya dalam mengajari anak-anaknya menjadi lebih baik.

"Perkembangan di era globalisasi ini sangat cepat, jika tidak diikuti dengan arahan ibu, maka anak-anak akan kehilangan arah dan panutan, sehingga ketika anak bingung atas pengambilan keputusan, maka peran ibu menjadi penting dengan berbagai pengalaman hidupnya," ujarnya dalam diskusi Kiprah Ibu di Era Globalisasi di Universitas Tujuhbelas Agustus (Untag).



Oleh karena itu, peran wanita yang penting dan utama di era globalisasi itu perlu didukung dengan pendidian tinggi, karena kecantikan batiniah dari seorang wanita tidak hanya dilihat dari fisik, namun kecerdasannya.

"Kecerdasan ibu bisa membawa anak-anaknya untuk mengarahkan langkah mereka dalam pengambilan sebuah keputusan, seperti di era globalisasi saat ini dengan perkembangan informasi yang cepat," katanya.

Sementara itu, Rektor Untag Surabaya, Ida Aju Brahmasari, mengatakan sebagai seorang ibu, maka tugas utamanya selama ini hanya 3M yaitu "macak, masak, dan manak" atau berdandan, memasak, dan melahirkan, namun sesuai perkembangan juga harus diimbangi dengan istilah "mantap" yaitu memiliki kreativitas dan cerdas.

"Tugas seorang ibu selama ini hanya 3M, namun itu sudah zaman dahulu, sehingga tugas ibu juga harus diperbarui dengan istilah mantap yang artinya harus cerdas, kreatif, dan peduli. Perempuan pintar tidak harus melalui sekolah formal, tetapi bisa belajar dari lingkungan," tuturnya.

Menurut dia, seorang ibu juga harus memiliki sifat peduli dan kasih sayang serta harus mau belajar dari segala pengalaman hidup, tidak hanya belajar di perguruan tinggi.


"Dalam perguruan tinggi memang dijelaskan banyak teori, namun tidak semuanya memberikan solusi karena pengalaman hidup merupakan guru yang berarti untuk mencapai kesuksesan seorang ibu," terangnya.

Dalam kesempatan itu, seniman ludruk di Radio Republik Indonesia (RRI), Murdiati, menuturkan jika ia masih belum menjadi seorangg ibu, sehingga ia rela menikah sebanyak tiga kali untuk mendapatkan momongan.

"Karena saya ingin mempunyai seorang anak, saya sampai nikah tiga kali, namun saya tetap gagal menjadi ibu. Saya hanya berpesan kepada ibu-ibu di luar sana, jika memiliki anak maka harus dijaga dengan sungguh, seperti memperhatikan pendidikan," tandas wanita 57 tahun tersebut.

Post a Comment

0 Comments