Akhir-akhir ini hal yang sering mencuat dalam dunia pendidikan di indonesia adalah adalah Kurikulum Bela Negara yang akan diterapkan kedalam dunia pendidikan di indonesia. Kurikulum ini tidak hanya menyasar kepada sekolah-sekolah SD, SMP maupun SMA. namun kurikulum ini nantinya juga akan diterapkan kejenjang pendidikan yang lebih rendah yaitu Anak Usia Dini.
Kepala Badan Diklat Kementerian
Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin menjelaskan, kurikulum untuk pendidikan
bela negara yang akan diterapkan di seluruh institusi pendidikan, terbagi dalam
tiga hal dasar. Tiga hal dasar itu adalah, bidang studi dasar, intelijen dasar,
dan studi tambahan.
Menurut dia, saat ini kurikulum
tersebut sedang digodok, dan sudah mencapai tahap 90 persen. Rencananya, pada
Desember, kurikulum tersebut akan diselesaikan.
Pertama, soal bidang studi
dasar. Hartind mengatakan, kurikulum ini akan mengajarkan bagaimana menjadikan
anak didik mengerti tentang wawasan kebangsaan, bagaimana sistem dan bentuk
ketahanan semesta, serta tentang kepemimpinan. Akan tetapi, memang materi
tersebut tergantung pada level anak didik untuk bisa diterapkan.
"Kurikulum bela negara yang
kami susun sudah mendekati 90 persen. Masukan masyarakat kan menjadikan ini
final, menjadikannya 100 persen. Harapan saya kurikulum ini Desember selesai.
Kalau pun nanti ada perkembangan dari stakeholder, kami akan tetap
tampung," kata Hartind di kantor Kementerian Pertahanan.
Kedua, soal intelijen dasar.
Menurut dia, nantinya setiap orang yang mengikuti pembekalan di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Bela Negara, diharapkan bisa mengerti
bagaimana memaksimalkan pengumpulan informasi.
Pembekalan soal intelijen dasar
itu akan diutamakan dari kader bela negara, dan akan dimulai dari jenjang SMA.
"Jadi, ada Bapuket (Badan
Pengumpul Keterangan). Ya, memang sebenarnya bukan badan, tapi perorangan.
Contoh, di desa-desa itu kan ada tulisan lapor 1x24 jam. Sekarang sudah dingin toh?
Nah, kita hangatkan lagi. Bagaimana dia melapor, nanti akan kami ajarkan 5W+1H,
bagaimana mengolah informasi. Nanti itu akan kami latih," ungkap dia.
Ketiga, yakni soal bidang studi tambahan, seperti konten lokal. Menurut Hartind, yang termasuk dalam konten lokal tersebut antara lain, cinta Tanah Air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban, Pancasila sebagai dasar negara, serta memiliki kesempatan berbela negara.
"Lima nilai dasar bela negara itu masuk konten lokal," kata Hartind.
Hartind menambahkan, pendidikan bela negara tersebut akan diprogramkan mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hingga masa universitas. Alasannya, anak kecil memiliki memori jangka panjang yang kuat sekali.
Ketiga, yakni soal bidang studi tambahan, seperti konten lokal. Menurut Hartind, yang termasuk dalam konten lokal tersebut antara lain, cinta Tanah Air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban, Pancasila sebagai dasar negara, serta memiliki kesempatan berbela negara.
"Lima nilai dasar bela negara itu masuk konten lokal," kata Hartind.
Hartind menambahkan, pendidikan bela negara tersebut akan diprogramkan mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hingga masa universitas. Alasannya, anak kecil memiliki memori jangka panjang yang kuat sekali.
Harapannya, itu akan menjadi
dasar atau fondasi anak agar bangga dan cinta akan bangsa serta negaranya.
"Metode yang digunakan
main-main. Baris-berbaris, tapi yang lucu-lucu. Diajak ke museum, tonton film Sudirman,
Bung Karno, yang gembira-gembira saja, tidak serius-serius," papar
dia.
Sumber : vivanews
1 Comments
Macam-macam saja, anak TK diberi hal beginian. Ini untuk 17 + Pak
ReplyDelete