Golput Bukan PIlihan, Tapi Pilihan Paksa

alhamdllah, pemilu legislatif 2014 telah berlalu (walau sebagian wilayah indonesia masih mencoblos) tapi khususnya untuk daerah sangatta dan sekitarnya ga ada kabar kalau hari ini masih ada TPS yg belum melakukan pemilu. pemilu kali ini bisa dibilang sukses walau mungkin sebagian orang mengatakn tidak, tapi indikasi kesuksesan itu terlihat karena tidak adanya keributan antara satu partai dan partai lain.

mungkin sebagian dari anda bertanaya mengapa judul artikel ini adalah GOLPUT BUKAN PILIHAN, TAPI PILIHAN PAKSA. ini adalah ungkapan dari hatiku yang terdalam.
pada setiap pemilu kita sering mendengar berita, iklan-iklan di televisi dan dari sahabat2 kita agar kita tidak GOLPUT, kata mereka "sayang kalau suara kita tidak kita salurkan, satu suara kita sangat berarti untuk negara ini", itu kata mereka, oke, saya mau nyoblos kalau pemilu nanti (bisik dalam hatiku).
setelah pemilu tiba, siang harinya saya bergegas pergi ke TPS, kebetulan saya tidak memiliki surat undangan mencoblos dan saya hanya membawa KTP sebagai bukti kalau saya punya hak suara, namun naas bagiku, setelah saya tiba di TPS lalu saya menyodorkan KTP agar saya bisa mencoblos, bukannya saya di persilahakan untuk mencoblos malah saya di intograsi, saya di sodorkan beberapa pertanyaan, seputar tempat tinggal, padahal di KTP jelas2 bahwa saya tinggal di RT dimana TPS tersebut berada, pada akhirnya saya tidak dipersilahkan untuk mencoblos, saya pulang dengan rasa kecewa, dibenakku terus terfikir bahawa saya memilih untuk tidak GOLPUT tapi justru saya di paksa memilih GOLPUT,
setelah itu saya bertanya kepada teman saya, kebetulan dia tinggal di RT sebelah dan disana juga ada TPSnya, karena saya tidak ingin menyalahkan orang lain begitu saja maka saya mencari perbandingan antara TPS di tempat saya dan TPS di tempat teman saya, saya bertanya kepada teman saya mengenai sejumlah pertanyaan yang dilontarkan oleh petugas dan saya sangat kaget bahwa hal tersebut tidak terjadi di TPS tempat teman saya,  ternyata teman saya tidak mendapt pertanyaan dari petugas, ia hanya meminta kawan saya untuk menunjukkan KTPnya dan langsung dipersilahlkan untuk mencoblos. kebetulan kawan saya juga tidak mendapatkan surat undangan untuk mencoblos,, nah kalau sudah seperti ini mana yang benar,? silahkan anda nilai sendiri, yang jelas pemilu kali ini saya dipaksa untuk GOLPUT.

Post a Comment

0 Comments