Variasi Mengajar



A.      Latar belakang

Variasi mengajar  merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pengajaran disekolah. Oleh karena itu, dalam menjalankan pengajaran guru harus berpikir sistem artinya dalam penyelenggaraan pengajaran guru harus memiliki keunikkan agar anak didik tidak merasakan kejenuhan dalam memperoleh pelajaran.
Variasi mengajar dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/ dibuat untuk memberikan kesan yang unik kepada anak didik. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses belajar mengajar adakalanya siswa, bahkan guru mengalami kejenuhan. Maka dari itu, untuk menghindari problema tersebut perlu diciptakannya situasi dan kondisi belajar mengajar yang bervariasi. Apabila guru mampu menghadirkan proses mengajar bervariasi kemungkinan besar kejenuhan tidak akan terjadi.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apa Pengertian variasi mengajar ?
2.    Apakah Tujuan dari variasi mengajar ?
3.    Apa Kearifan penggunaan variasi mengajar ?
4.    Apa  Dimensi-dimensi variasi mengajar ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi Tugas mata kuliah Strategi belajar mengajar. Dengan harapan apa yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Variasi Mengajar
Pengertian “variasi menurut kamus ilmiah popular adalah ‘selingan’, selang-seling, atau pergantian. Udin S. Winataputra (2004)[1][1] mengartikan “variasi” sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/ dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Misalnya dua model baju yang sama tetapi berbeda hiasannya akan menimbulkan kesan unik bagi masing-masing model tersebut. Adapun variasi mengajar merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan mengajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses belajar mengajar adakalanya siswa, bahkan guru mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajran. Untuk mengatasi kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang bervariasi. Apabila guru kejenhuan tidak akan terjadi. Kejenhuhan siswa dalam memperoleh pelajaran dapat diamati selama proses belajar mengajar berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau kekamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya, pengajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi belajar mengajar berjalan normal.
B.     Tujuan Variasi Mengajar
Pada dasarnya semua orrang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama terus menerus akan menimbulkan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan variasi dalam arti yang positif. Makan-makanan yang bervariasi (bermacam-macam) akan merangsang untuk makan. Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan dari pada lagu-lagu yang didengar setiap hari. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan ditempat asalnya.
 Mengatur alat rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang dirumah daripada pergi. Demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya dari pada keterampilan lainnya., karena merupakan keterampilan campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, adanya perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk. Penggunaan variasi terutama ditujukkan pada perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
1.      Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar Mengajar
Di dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa kurang mengerti akan bahan yang diberikan guru. Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya, misalnya: faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang dirasakan siswa lebih menarik daripada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang menyenangi materi pelajaran yang diberikan guru.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru dan materi pelajaran yang diberikan guru dapat diatasi dengan pemilihan variasi pembelajaran yang sejalan dengan gaya belajar siswa. Salah satu strategi yang dapat dipilih adalah Pembelajaran Model Diskusi Kelas Bola Pantai (Beach Ball). Guru mengajak siswa belajar di aula atau di lapangan yang teduh. Siswa membentuk lingkaran besar. Guru berada ditengah-tengah lingkaran besar. Guru memberikan bola kepada salah seorang siswa untuk memulai diskusi dengan pengertian bahwa; hanya siswa yang memegang bola yang boleh menjawab. Siswa lain mengangkat tangan agar mendapat bola jika ingin mendapat giliran menjawab pertanyaan.
Pembelajaran model diskusi kelas Bola Pantai mampu meningkatkan konsentrasi belajar siswa, bahkan siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran yang diberikan guru menjadi tertarik untuk belajar. Karena apabila dia tidak belajar, tidak akan pernah memegang bola dan tidak mendapat nilai. Siswa merasa senang karena mereka masih tetap bisa belajar sambil bermain. Proses pembelajaran menjadi lebih rekreatif dan menyenangkan.
Siswa yang pada awalnya tidak menyukai pelajaran fisika karena merasa tidak mampu menghitung, dengan tehnik bola pantai, siswa menjadi aktif belajar menghitung, menghapal dan mempelajari penggunaan alat ukur. Papan tulis kecil dan alat ukur sederhana bisa juga di bawa ke lapangan / aula,. Tidak ada lagi siswa mengantuk. Perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan menjadi meningkat.
Perhatian siswa dalam proses belajar mengajar lebih fokus karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang dijelaskan guru, akan mendukung tercapainya tujuan pelajaran yang dicapai. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan dalam diri siswa. Fokus perhatian siswa adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konsteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Variasi mengajar mampu meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum. Siswa menjadi aktif selama proses belajar mengajar berlangsung.
2.      Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memberikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didalam diri setiap siswa selama pengajaran langsung. Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak semua siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang sisw menyenanginya., tetapi untuk bahan yang lai nboleh jadi boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajarang yang diberikan.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaranyang diberikan, bukanlah maslah bagi guru. Karena didalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi instrisik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang dibrikan. Berbagai gangguan yang dikitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan.
Disini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3.      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Adalah kenyataan yang tidak biasa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negatif ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga tidak disenangi. Acuh tak acuh selalulditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya belajar guru tak sejalan dengan gaya belajar siswa. Metode mengajar yang digunakan itu-itu saja. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode mengajar yang lain. Misalnya, metode diskusi, resitasi, tanya jawab, probleng solving atau cerita.
Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santainya dikursi, tidak perduli bagaimana tingkah laku dan perbuatan anak didik., adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan baginkedua belah pihak, yaitu guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa ingin selalu dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat sisi guru.
Guru yang seperti itu biasanya gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Disela-sela pengajaran sering diselangi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
4.      Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
Sebagai seoarang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tatapi lebih banyak dari itu.
Karena diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan pemilihan metode, mana yang dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar dikelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (Metode, media, pendekatan) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi, jika sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat bantu pengajaran, peraga dan sumber belajar (Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, 1996).
Jika guru mampu menghadirkan pengajaran yang bervariasi maka dengan sendirinya akan memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan pengajaran yang bervariasi. Atau setidak-tidaknyan siswa secara kreatif menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan ketika guru mengajar tersedia fasilitas yang memadai. 
C.       Kearifan Penggunaan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi belajar harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan pada rujukkan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keharusan tersebut maka seorang guru dituntut kearifan dalam menggunakan variasi mengajar. Beberapa langkah untuk mewujudkan kearifan tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.    Variasi pengajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka mereliasasikan tujuan pembelajaran;
2.    Penggunaan variasi mengajar harus lancar dan berkesinambungan tidak mengganggu proses belajar mengajar, dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pengajaran secara utuh;
3.    Penggunaan variasi mengajar harus luwes (tidak kaku) sehingga kehadiran variasi itu semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Disampin itu, penggunaannya bersifat spontan dan merupakan umpan balik. Bentuk umpan balik sendiri ada dua yaitu: 1). Umpan balik pengetahuan, 2). Umpan balik perilaku.
Kearifan itulah setidak-tidaknya yang diperlukan seorang gurudalam penggunaan variasi pengajaran, kearifan itu menunjukkan bahwa dalam penggunaan variasi mengajar, guru hendaklah memperhatikan keberadaan siswa, situasi dan kondisi lingkungan.

D.      Dimensi-dimensi Variasi MengajaR
Beberapa dimensi yang harus diperhatikan juga dalam variasi mengajar adalah sebagai berikut:
1.      Variasi suara dan sikap guru
Suara guru memiliki peranan penting dalam melahirkan kualitas variasi mengajar. Karena itu, intonasi, nada, volume, dan kecepatan suara guru perlu diatur dengan baik. Umpamannya dalam melukiuskan atau mendramatisasikan suatu peristiwa atau kata, guru mesti mengetahui kata atau peristiwa yang harus mendapat penekanan. Penekanan ini penting agar siswa mengetahui hal-hal yang dianggab penting dari materi pelajaran yang disampaikan guru. Dalam konteks diatas, beberapa hal perlu diperhatikan guru, sebagai berikut:
a.       Penekanan
penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspen yang terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya. Umpamanya guru menggunakan kalimat “sekali lagi bapak/ibu tekankan” atau “coba anda perhatikan dan lain sebagainya.
b.      Pemberian waktu
setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan. Caranya setelah menjelaskan satu sub-bab materi guru berhenti sejenak sebelum melanjutkan pada sub-bab berikutnya. Ketika guru berhenti, siswa memiliki kesempatan untuk menelaah atau mungkin menyusun pertanyaan dari pernyataan-pernyataan guru yang belum jelas.
c.       Kontak pandang
selama menyampaikan materi  pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru hanya memandang keluar, keatas atau kesiswa tertentu saja. Guru hendaklah berbagi pandangan kepada selur uh siswa. Bagi pandangan ini penting agar siswa merasa diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk ngobrol atau gaduh.
d.      Gerakkan anggota badan
selama menyampaikan materi, seorang guru hendaklah tidak seperti patung ( berdiri saja) atau tidak seperti orang yang lumpuh (duduk saja). Guru perlu bergerak secara leluasa seperti mengelilingi siswa atau bergerak didepan kelas. Begitu juga gerakkan kepala keberbagai arah perlu dilakukan. Gerakkan ini penting agar merasakan kehadiran guru dalam setiap dirinya, seluruh ruang dan waktu.
e.       Pindah posisi
dengan bergerak, berarti guru tidak berada dalam satu posisi saja, melainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi ini selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak monoton. Perpindahan posisi guru hendaklah terdapat pada tujuan, umpamanya karena sebelah kanan kelas terdapat siswa yang ribut, maka dengan perpindahan posisi guru kesebelah kanan, siswa menjadi tidak ribut.
2.      Variasi media dan bahan ajaran
Penggunaan media belajar akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya atau terhadapmateri pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media, ada alih pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan dengan guru yang hanya berceramah saja.bahkan melalui media memungkinkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran akan lebih baik.
Ada tiga komponen dalam variasi media, yaitu media pandang, (visual), media dengar (audio), dan media taktik. Ketiga media ini harus digunakan secara bervariasi dalam arti berganti-ganti bahkan mungkin ketiganya digunakan:

a.    Variasi media pandang
Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran diantarnya, buku, majalah, globe, peta, fil, film strip. TV, radio, recorder,gambar dan sebagainya.
1). Membantu pemaham konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret
2). Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran,
3).    Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa
4). Mengembangkan cara berpikir siswa yang konsisten dan berkesinambunga.
5).    Memberikan pengalaman baru dan unik.
b.  Variasi media dengar
Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar anak didik. Karena itu, diperlukkan media lainnya yang memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman beru terhadap suara itu. Bisa saja guru merekam suaranya dirumah atau merekam suara lain yang pautu didengarkan dan punya relevansi dengan materi pelajaran.
c.       Variasi media taktik
Penggunaan media ini pada dasarnya  merangsang siswa untuk kreatif. Umpamanya, guru memeperlihatkan dan menjelaskan tentang peta pulau jawa, setelah itu siswa disuruh untuk menggambar peta tersebut. Cara ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pulau atau nama-nama kota, sungai, pasar, dan lain sebagainya yang terdapat dalam pulau tersebut.



3.      Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal yaitu :
1.      Siswa bealajar atau melakukan aktivoitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru
2.      Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangka guru berbicara secara aktif sehibgga seluruh proses belajar mengajar didemonisasi guru. Namun diantara dua jenis tersebut jenis pertama akan lebih baik. Sekalipun yang ideal adalah guru dan siswa memiliki peranan yang proporsional.
3.      Dalam arti, guru tidak mendomonisasi kelas, dan siswa juga memiliki kebebasan tanpa berarti tidak ada kendali guru. Maka dalam konteks interaksi ini hendaklah guru berdiri ditengah-tengah.           
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa variasi mengajar merupakan perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Variasi mengajar juga merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan mengajar.
Tujuan variasi mengajar ada 4 yaitu :
1.      Agar perhatian siswa meningkat
2.      Memotivasi siswa
3.      Menjaga wibawa guru
4.      Mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran
Penggunaan variasi belajar harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan pada rujukkan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keharusan tersebut maka seorang guru dituntutan kearifan dalam menggunakan variasi mengajar. Dimensi-dimensi variasi  mengajar yang harus diperhatikan ada 3 yaitu yang pertama: variasi suara dan sikap guru kedua: variasi media dan bahan ajaran dan yang ketiga: variasi interaksi.

B.  SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga segala kritik dan saran tetap kami harapkan terutama saran dan kritik dari Dosen pengampu Strategi Belajar Mengajar yaitu Satriah,M.Pd. Mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi target Tugas Strategi Belajar Mengajar. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk teman-teman semua.

DAFTAR PUSTAKA                                   
              

Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2007, Strategi belajar mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.


[1][1] Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi belajar mengajar, cet 2 (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hal 91.

Post a Comment

0 Comments