Pengaruh Media



BAB  I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Perilaku yang tercermin dalam tindakan pelajar saat ini sangat dipengaruhi oleh media masa yang saat ini semakin marak di semua kalangan.dengan majunya tekeknologi membuat saya mengubris pengaruh media masa terhadap agama dan
kesehatan mental. Saat ini kemajuan zaman yang semakin canggih dan tingkat kesadran dari manusia yang ingin hidup layak dari apa yang sebenarnya tidak bisa satu persatu harus disebutkan. Karena nafsu yang begitu bergairah menuju keistemewaan.
Padahal bajed di tangan selalu tidak mencukupi dengan apa yang di harapkan. Penomena ini lah yang terjadi di kalangan masyarakat metropolitan. Media masa yang semakin hari semakin membawa kita menuju ke malasan dan kejelekan. Tanpa sadar satu persatu mulai sirna siapa kita ini, dan menumbuhkan setiap permasalahan yang saat ini akan menjadi tanda tanya besar bagi kita semua.  Yaa benar sekali saat ini yang kita harapkan adalah sebuah keistimewaan tanpa harus memikirkan apa yang akan terjadi kepada kita.
Media masa adalah salah satu dari bentuk kemajuan dari setiap keahlian yang di miliki manusia dengan melakukan perkembangan-perkembangan untuk menjadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Jadi sangat pantas menia masa menajdi pengaruh bagi agama dan kesehatan mental.

2.      Rumusan masalah
a.       Media masa
b.      Agama dan kesehatan mental
c.       Analisis


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Media Massa
Betapa besarnya peran dan pengaruh alat komunikasi massa, seperti buku, majalah, surat kabar, siaran radio, film, dan sebagainya terhadap perkembangan psikologi sosial bagi individu. Media Massa sangat penting dalam penyampaian informasi-informasi terkini secara cepat dan instant, namun hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah attitude-attitude yang terdapat dalam isi informasi tersebut. Kehadiran media massa dalam menyampaikan informasi bagi kaum pelajar harus ditanggapi secara rasional dan melakukan filterisasi terhadap informasi yang diperoleh. Bagi pelajar yang tidak mampu menyaring hal-hal yang tidak baik, pelajar akan meniru secara mentah-mentah seperti hal yang disajikan media massa.
Fenomena pelajar yang sekolah semaunya, sering membolos, mengenakan seragam yang tidak sopan, berperilaku seperti orang yang tidak berpendidikan, kerap terjadi akibat pengaruh media massa yang sangat besar. Sehingga diharapkan pelajar mampu menyaring informasi yang didapatkan secara baik dan benar, guna membentuk pola pikir dan perilaku yang baik dan sesuai norma-norma yang ada.

B.     Agama dan Kesehatan Mental
Agama adalah sebagai fitrah manusia dan kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggikan kesehatan rohani.(M. Bochori, 1982:13). Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tentram. 
Dalam ilmu kedokteran dikenalistilah psikosomatik (kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika juwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah, dan sebagainya, maka badan turut menderita.
Beberapa temuan dibidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan tersebut, jiwa dan badan. Orang yang merasa takut, langsung kehilangan nafsu makan, atau buang-buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perut seseorang terasa menjadi kembung. Di bidang kedokteran dikenal beberapa macam pengobatan antara lain dengan menggunakan nahan-bahan kimia (tablet, cairan suntik atau obat minum). Sejumlah kasus yang menunjukkan adanya hubungan antara faktor keyakinan dengan kesehatan jiwa atau mental tampaknya sudah disadari para ilmuan beberapa abad yang lalu. Misalnya pernyataan Carel Gustav Jung  di antara pasien yang setengah baya, tidak seorang pun yang penyebab penyakit kejiwaannya tidak diilatarbelakangi oleh aspek agama. (K.H.S.S. Djam’an, 1975).
Kenyataan serupa itu juga akan dijumpai dalam banyak buku yang mengungkapkan akan betapa eratnya hubungan antara agama dan kesehatan mental. Di dalam tubuh manusia terdapat Sembilan jenis kelenjar hormon yang memproduksi persenyawaan-persenyawaan kimia yang mempunyai pengaruh biokimia tertentu, disalurkan lewat pembuluh Darah dan selanjutmya memberi pengaruh kepada eksistensi dan berbagai kegiatan tubuh. Persenyawaan-persenyaan itu disebut hormon.
Kelenjar Hormon yang mengatur kekuasaan otonomi dalam tubuh adalah kelenjar hipofise. Kelenjar ini menjadi pengatur semua kelenjar hormon yang terdapat dalam tubuh. Selanjutnya di antara kelenjar lain yang mempunyai pengaruh biologis yang amat spesifik, adalah kelenjar adrenal.
Lebih jauh Muhammad Mahmud Abd Al-Qadir berkesimpulan bahwa segala bentuk gejala emosi, seperti bahagia, rasa dendam, rasa marah, takut berani pengecut yang ada dalam diri manusia adalah akibat dari pengaruh persenyawaan-persenyawaan kimia hormone, disamping itu persenyawaan lainnya. Tetapi dalam kenyataannya, kehidupan akal dan emosi manusia senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Karena itu selalu terjadi perubahan-perubahan kecil produksi hormone-hormon yang merupakan unsur-unsur dasar keharmonisan kesadaran dan rasa hati manusia, tepatnya perasaannya, kata Abd Al-Qadir.
Namun, jika terjadi perubahan yang terlampau lama, seperti panik, takut dan sedih yang berlangsung lama, akan timbul perubahan-perubahan kimia lain yang akan mengakibatkan penyakit saraf yang bersifat kejiwaan. Hubungan penderita dengan hubungan luar terputus, akalnya ditutupi oleh khayal yang membawa jauh dari kenyataan hidup normal. Penderitaan selalu hidup dalam keadaan cemas dan murung, kebahagiaan hilang, penuh keraguan, takut rasa berdosa,dengki dan rasa bersalah. Timbulnya penyakit emosi seperti itu akibat dari goncangan dan hilangnya keseimbangan kimia tubuh manusia. Jika seseorang berada dalam keadaan normal, seimbang hormon dan kimianya, maka ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Perubahan yang terjadi dalam kejiwaan itu di sebut oleh Abd Al-Qadir sebagai spektrum hidup .
Barang kali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikpa optimis pada diri seseorang sehinnga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, senang, puas, sukses, merasa di cintai atau rasa aman. Sikap emosi yang demekian merupakan bagian dari kebutuhan asasi manusia  sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka, dalam kondisi yang serupa itu manusia berada dalam keadaan tenang dan normal, oleh Muhammad Mahmud Abd Al-Qadir, berada dalam keseimbangan persenyawaan kimia dan hormone tubuh. Dengan kata lain, kondisi yang demekian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani, dan rohani.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan ajarannya secara rutin. Bentuk dan pelaksanaan ibadah agama, paling tidak akan ikut berpengaruh dalam menanamkan keluhuran budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan yang setia. Tindak ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Dan manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan jasmani dan rohani secara tak terpisahkan memerlukan perlakuan yang dapat memuaskan keduanya.
Salah satu cabang ilmu jiwa, yang tergolong dalam psikologi Humanistika dikenal logoterapi (logos berarti makna dan juga rohani). Logoterapi dilandasi falsafah hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi sosial pada kehidupan manusia. Kemudian, logoterapi menitik beratkan pada pemahaman bahwa dambaan utama manusia yang asasi atau motif dasar manusia adalah hasrat untuk hidup lebih bermakna. Diantara hasrat itu terungkap dalam keinginan manusia untuk memiliki kebebasan dalam menemukan makna hidup.kebebasan seperti itu dilakukannya antara lain melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati (termasuk agama dan cinta kasih) atau dalam sikap atas keadaan dan penderitaan yang tak mungkin dielakkan. Adapun makna hidup adalah hal-hal yang memberikan nilai khusus bagi seseorang, yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia. Dalam logoterapi dikenal dua perangkat makna hidup yaitu: makna hidup pribadi dan makna hidup paripurna.
Maka hidup paripurna bersifat mutlak dan universal, serta dapat saja dijadikan landasan dan sumber makna hidup pribadi. Bagi mereka yang tidak atau kurang penghayatannya terhadap agama, mungkin saja pandangan falsafah atau ideologi tertentu dianggap memiliki nilai-nilai universal dan paripurna. Sedangkan bagi penganut agama, maka Tuhan merupakan sumber nilai yang Maha Sempurna dengan agama sebagai perwujudan tuntutan-Nya. Di sinilah barang kali letak peranan agama dalam membina kesehatan mental, berdasarkan pendekatan logoterapi. Karena bagaimana pun, suatuketika dalam kondisi yang berada dalam keadaan tanpa daya, manusia akan kehilangan pegangan dan bersikap pasrah. Dalam kondisi serupa ini ajaran agama paling tidak akan membangkitkan makna dalam hidupnya. Makna hidup pribadi menurut logoterapi hanya dapat dan harus ditemukan sendiri.
Selanjutnya, logoterapi menunjukkan tiga bidang kegiatan yang secara potensial memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna hidup bagi dirinya sendiri. Ketiga kegiatan itu adalah:
1.   Kegiatan berkarya, bekerja, dan menciptakan, serta melaksanakan dengan sebaik-baiknya tugas dan kewajiban masing-masing.
2.   Keyakinan dan penghayatan atas nilai-nilai tertentu (kebenaran, keindahan,kebajikan, keimanan, dan lainnya),dan
3.   Sikap tepat yang di ambil dalam keadaan dan penderitaan yang tidak terelakkan.
Dalam menghadapi  sikap yang tak terhindarkan lagi pada kondisi yang ketiga, menurut logoterapi, maka ibadah merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang terdapat dalam diri dan sekitarnya.
Agama sering dipandang hanya sebagai anutan. Dianggap sebagai sesuatu yang dating dari luar asing. Padahal, potensinya sudah bersemi dalam batin sebagai fitrah manusia. Potensi yang ditelantarkan oleh keangkuhan egoisme manusia. Jalinan keharmonisan antara kebutuhan fisik dan mental spiritual terputus. Akibatnya manusia merasa kehilangan kemampuan untuk mengenal dirinya. Menyelami potensi diri sebagai makhluk beragama.
Padahal Sang Maha Pencipta sudah mewanti-wanti akan hal itu. Seuntai firman mengungkapkan hal itu: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS3.112). Dikala manusia melupakan Sang Maha Pencipta maka kehidupan terasa hampa. Ketentraman batin tersaput. Hidup tanpa makna. Menjauhkan diri dari snag pencipta, berarti mengosongkan diri dari nilai-nilai imani. Sungguh merupakan “kerugian” terbesar bagi manusia selaku makhluk berdimensi spiritual. “ mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mendapat petunjuk.”(QS 2:16). “ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.”(QS13:28).

C.    Study Kasus pengaruh media masa terhadap kesehatan mental
Fenomena yang terjadi di Masyarakat yang saat ini mulai menjadi salah satu PR besar bagi kita semua, baik kaum pemerintahan, guru dan generasi bangsa untuk lebih memikirkan apa yang sehgarusnya menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama. Kini kita mengenal yang namanya media masa. Siapa tidak mengenal salah satu mukjizat besar bagi kita namun memiliki dampak negatif bagi kita mula, yaa apa bila salah mengunakannya maka tidak ada untungya bagi kita semua. Berbicara soal media masa juga kita berbicara yang namanya televisi, seperti buku, majalah, surat kabar, dan siaran radio, ini lah contah kongkrit dari media masa saat ini. Dari beberapa media dia atas sudah sangat sering kita mendengar dampak positif dari setiap media tersebut, jadi saya akan mencoba membahas dampak negatifnya dan apakah berpengaruh bagi agama dan kesehatan mental.
Dampak negatif dari media msa tidak hanya satu satu saja melainkan ada beberapa, seperti membuka akses untuk menjadi orang yang bebas, pengunaaan pakaian yang tidak pantasuntuk di gunakan, mengajarkan kaum muda untuk tidak berbakti kepada orang tuanya, karena film yang di pertunjukan tidak mendidik. Dan masih banyak lagi dampak negatif lainya dari media masa. Namun apa bila media masa di gunakan dengan baik maka akan menghasilkan yang baik pula.
Dari kasus di atas maka media masa juga akan berpengaruh terhadap agama dan kesehatan mental. Dengan demikian agama dan kesehatan mental juga akan menjadi permasalahan dari media masa.
1.      Dengan sering mengunakan media masa setiap harinya tanpa mengingat batasan-batasan waktu maka akan membuat kita lupa akan apa yang telah di perintahkan oleh tuhan kita. Dan itu puan akan mengganggu agama kita bahkan kesehatan mental kita. Lupa dan tidak bertanggung jawab atas tugas yang telah di berikan.
2.      Menonton film yang tidak mendidik, maka akan membuat kita menjadi kurang menghormati orang yang lebih tua dan menghargai yang muda, dan ini sudah menjadi penomena di masyarakat film yang tidak mendidik tidak akan memperoleh hal positif apa bila tidak di dampingi orang tua untuk menjelaskan makna dari film tersebut.
3.      Di media masa khususya televisi sering menampilkan wanita-wanita yang tdia mengunakan pakaiaan yang tidak pantas bahkan tidak menutup auratnya sehingga ini akan mengganggu agamanya dan mentalnya. Bahkan agama akan di jadikan sebagi sebuah nama tanpa arti dan tanpa tujuan. Dan mental akan menjadi bumerang dalam diri yang selalu beragapa sayalah yang paling benar, padahal tidak.



BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Media masa saat ini sangat mudah di temukan di mana saja, bahkan di setiap rumah hampir memilikinya. Namun sangat di sayangkan apabila pengunan media masa tidak di gunakan dengan sebai-baiknya. Media masa berupa televisi, radio, koran, majalah, dan buku. Agama adalah sebagai fitrah manusia dan kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggikan kesehatan rohani.
2.      Saran
Untuk kita generasi penerus bangsa dan penerug agama islam yang menjunjung tinggi nilai kebenaran, kesucian, keadilan, dan keharmonisan. Maka sangat disayangkan kita tidak mengunakan apa yang menjadi kelebihan tanpa harus meninggalkan apa yang telah menjadi kewajiban.




DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo.  1980. Psikologi  Sosial  (Suatu Pengantar). Edisi Revisi. Yogyakarta: Yayasan    Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Post a Comment

0 Comments