PENGARUH MINAT BELAJAR BAHASA ARAB TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB MAHASISWA
(Studi
Kasus pada Mahasiswa Semester V Sekolah
Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur Tahun Akademik 2011/2012)
A.
Latar Belakang Masalah
Salah
satu di antara dimensi ajaran islam yang paling
menonjol adalah perintah untuk belajar,
menuntut ilmu pengatahuan.[1]
Islam di samping memerintahkan umatnya untuk belajar, menggali ilmu
pengetahuan, juga memberikan penghargaan yang sangat istemewa bagi orang yang
selalu belajar, menuntut ilmu dan mengembangkan dirinya. Banyak sekali nash
dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang mengisyaratkan tentang martabat orang
berilmu, kedudukan para ulama, dan keutamaan belajar.[2] Di
antaranya firman Allah SWT yang berbunyi:
Artinya:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. al-Mujaadilah: 11)[3]
Selain
itu dalam beberapa hadits juga disebutkan:
... مَنْ
سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى
الْجَنَّةِ ...
Artinya:
Barang siapa berjalan untuk menuntut suatu ilmu (belajar), niscaya Allah SWT
akan memudahkan jalan baginya menuju
surga.[4]
مَنْ
خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللّهِ حَتَّى يَرْجِعَ.
ِArtinya: Barang siapa keluar (pergi) untuk mencari
ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali.[5]
Demikianlah al-Qur’an dan al-Hadits telah memberikan motivasi dan
dorongan kepada manusia agar selalu belajar. Menuntut ilmu merupakan bagian
dari tugas seorang muslim. Dengan kaya ilmu, maka akan muncul rasa dekat kepada
Allah SWT.
Minat
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Minat
belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya
minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.[6] Minat
merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik.
Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku
seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh
sesuatu.
Slameto
(2003) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu dari luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.[7] Orang yang berminat pada suatu kegiatan
atau aktivitas tidak akan cepat bosan dan jenuh terhadap kegiatan atau
aktivitas tersebut, meskipun ada gangguan, baik dari dalam diri maupun gangguan
dari luar misalnya rasa lelah dan gangguan dari lingkungan dan sebagainya. Minat
sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa
menjemukan. Peran
minat sangat besar jika dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan
adanya minat proses pembelajaran akan
dapat efektif. Jika mahasiswa telah berminat dalam kegiatan belajar mengajar,
maka hampir dapat dipastikan proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik
dan hasil belajar pun juga optimal.
Dalam
pembelajaran bahasa yang menjadi tujuan utama adalah penguasaan kemampuan
berbahasa. Kemampuan berbahasa mengacu pada kemampuan yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata. Dengan Kemampuan berbahasa seseorang
dapat mengungkapkan pikiran dan isi hatinya kepada orang lain yang merupakan
tujuan pokok pengajaran bahasa sebagai suatu bentuk berkomunikasi. Dalam kajian
kebahasaan, kemampuan berbahasa bersifat konkret dan mengacu kepada penggunaan
bahasa senyatanya, dalam bentuk lisan yang dapat didengar atau dalam bentuk
tertulis yang bisa dibaca.[8]
Bahasa
Arab memiliki kaitan yang sangat erat dengan agama islam, karena semua ajaran
islam terhimpun dalam al-Qur’an dan dilengkapi dengan penjelasan al-Hadits.
Untuk dapat mengkaji dan mendalami ajaran islam, harus mempelajari al-Qur’an
dan al-Hadits, dan agar dapat mempelajari
al-Qur’an dan al-Hadits dibutuhkan kemampuan berbahasa Arab yang memadai.[9]
Allah SWT berfirman:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ
Artinya:
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar
kamu memahaminya. (Q.S. Yusuf: 2)[10]
Bahasa
Arab juga merupakan bahasa ilmu pengetahuan.
Ada banyak kitab-kitab klasik yang dikarang oleh ulama-ulama terdahulu
yang ditulis dalam bahasa Arab. Sampai saat ini, karya-karya ulama klasik
tersebut masih banyak dijumpai yang dikenal dengan “kitab kuning”. Kitab-kitab
tersebut tidak hanya membahas tentang fiqh, aqidah akhlak, dan ilmu-ilmu
keagamaan lainnya, tetapi juga membahas tentang filsafat dan ilmu pengetahuan
lainnya. Jadi jelaslah bahwa bahasa Arab memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam ilmu pengetahuan.[11]
Selain
itu bahasa Arab juga merupakan bahasa internasional, bahasa ini digunakan
secara resmi oleh kurang lebih 20 negara yang berada di Asia dan Afrika. Di
Afrika, bahasa Arab dijadikan bahasa resmi di negara Mauritania, Maroko,
Aljazair, Libya, Mesir, dan Sudan. Di semenanjung Arabia, bahasa ini digunakan
oleh negara Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Saudi, Qatar, Emirat Arab, dan jauh
ke utara, Jordan, Irak, Syria, Libanon, dan Palestina.[12]
Bahasa
Arab mulai dikenal oleh bangsa Indonesia sejak Islam dikenal dan dianut oleh
bangsa Indonesia. Jika Islam secara meluas telah dianut oleh masyarakat kita
pada abad ke-13,[13]
maka usia pendidikan bahasa Arab dipastikan sudah lebih dari 7 abad. Karena perjumpaan umat Islam Indonesia
dengan bahasa Arab itu paralel dengan perjumpaannya dengan Islam. Bahasa Arab
di Indonesia jauh lebih tua dan senior dibandingkan dengan bahasa asing
lainnya, seperti: Inggris, Belanda, Mandarin, Jerman, dan Jepang. Walaupun
usianya jauh lebih tua, namun perkembangan pembelajaran bahasa Arab nampaknya
masih belum begitu menggembirakan, masih banyak kalangan masyarakat Indonesia,
yang mayoritas beragama Islam lebih memilih belajar bahasa Inggris daripada
belajar bahasa Arab. Bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an belum mampu
memotivasi umat islam untuk bersemangat dalam mempelajarinya.
Sebagaimana
yang terjadi di Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur pembelajaran bahasa
Arab selama ini masih menghadapi berbagai kendala di antaranya adalah munculnya
berbagai kesulitan dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Asumsi yang
berkembang bahwa di antaranya disebabkan oleh alokasi waktu pembelajaran yang
belum mencukupi, kurang tersedianya fasilitas belajar bahasa Arab di rumah,
mahasiswa belum mampu mendudukkan bahasa Arab yang dipelajarinya dalam kehidupan
sehari-hari, buku-buku bahasa Arab atau
buku-buku yang berkaitan dengan bahasa Arab kurang mendapat perhatian mahasiswa. Mahasiswa
belum terbiasa menggunakan bahasa Arab di dalam kelas, serta adanya kesan bahwa mata kuliah bahasa Arab itu sulit bahkan lebih sulit dari bahasa asing
lainnya.[14]
Tidak adanya lingkungan berbahasa Arab juga menjadi kendala dalam pembelajaran
bahasa. Padahal lingkungan berbahasa memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung pembelajaran bahasa Arab. Selain itu selama ini belum ada UKM (Unit
Kegiatan Mahasiswa) yang khusus menangani pembelajaran bahasa Arab.
Selain
itu faktor-faktor di atas yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran bahasa
Arab di Sekolah Tinggi Agama Islam
Sangatta adalah rendahnya minat
mahasiswa terhadap mata kuliah bahasa Arab . Hal ini dapat dilihat dari
sedikitnya mahasiswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Arab di luar jam mata kuliah bahasa Arab, misalnya dalam
kegiatan pengajian kitab Ta’lim Al Muta’alim, yang diselenggarakan setiap hari
sabtu pukul 16.00 WITA dan kegiatan pelatihan intensif bahasa Inggris dan bahasa Arab yang diselenggarakan di akhir semester.[15]
Penulis berasumsi bahwa rendahnya minat belajar bahasa Arab tersebut sangat
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa Arab mahasiswa.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk meneliti dengan
mengangkat judul “Pengaruh Minat Belajar Bahasa Arab Terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Mahasiswa (Studi Kasus pada Mahasiswa
Semester V Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur Tahun Akademik
2011/2012)”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
minat belajar bahasa Arab mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai
Timur?
2.
Bagaimana
kemampuan berbahasa Arab mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai
Timur?
3.
Apakah
terdapat pengaruh yang signifikan antara minat belajar bahasa Arab terhadap kemampuan berbahasa Arab mahasiswa
Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a.
Minat
belajar bahasa Arab mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur
Tahun Akademik 2011/2012.
b.
Kemampuan
berbahasa Arab mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur Tahun
Akademik 2011/2012.
c.
Pengaruh
minat belajar bahasa arab terhadap
kemampuan berbahasa arab mahasiswa Sekolah
Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur
Tahun Akademik 2011/2012.
2.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis
yaitu sebagai berikut :
a.
Secara
teoritis
Sebagai
sarana memperluas khazanah pengetahuan peneliti khususnya dan orang yang
berinteraksi langsung dengan pendidikan pada umumnya tentang pengaruh minat
belajar bahasa Arab terhadap kemampuan berbahasa
Arab, khususnya di Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur.
b.
Secara
praktis
1)
Sebagai
bahan pertimbangan dan evaluasi bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur, khususnya dalam pembelajaran bahasa
Arab
2)
Sebagai
bahan pijakan bagi penelitian lebih dalam lagi tentang pengaruh minat belajar bahasa
Arab terhadap kemampuan berbahasa Arab
3)
Sebagai
bahan referensi bagi pihak atau instansi yang membutuhkannya.
D.
Definisi Operasional
Secara
bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah,
keinginan[16]
dan belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu
pengetahuan kepandaian, keterampilan.[17] Dan
bahasa Arab menurut Mushthafa al-Ghulayaini adalah:
اللُّغَةُ
الْعَرَبِيَّةُ هِيَ الْكَلِمَاتُ الَّتِى يُعَبَّرُهَا الْعَرَبُ عَنْ
أَغْرَاضِهِمْ
Artinya:
bahasa Arab adalah kata-kata yang disusun dan digunakan oleh orang-orang Arab
untuk mengungkapkan tujuan-tujuan mereka.[18]
Maka
secara bahasa minat belajar bahasa Arab adalah kecendrungan hati yang tinggi
untuk memperoleh kemahiran atau kepandaian dalam menyusun dan menggunakan kata-kata
yang disusun dan digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengungkapkan
tujuan-tujuan mereka atau dengan kata lain kecendrungan hati yang tinggi untuk memperoleh
kemahiran/kepandaian, keterampilan dalam menggunakan bahasa Arab.
Sedangkan
yang dimaksud dengan minat belajar bahasa Arab dalam penelitian ini adalah kecenderungan hati
yang tinggi terhadap pembelajaran bahasa Arab, berupa keinginan atau kemauan
yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan
rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
Secara
bahasa kemampuan sama dengan kesanggupan atau kecakapan. Kemampuan berbahasa
adalah kemampuan sesorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem
bahasa.[19] Sedangkan
yang dimaksud dengan kemampuan berbahasa Arab dalam penelitian ini adalah kemampuan individu
untuk menyimak ucapan berbahasa Arab yang disampaikan oleh lawan bicara,
berbicara menggunakan bahasa Arab, membaca tulisan-tulisan Arab, baik yang
menggunakan syakal maupun tidak menggunakan syakal, dan menulis
pesan-pesan dalam bentuk tulisan, meliputi empat kemahiran dalam berbahasa
yaitu kemampuan menyimak (maharatul
istima’), kemampuan berbicara (maharatul
kalam), kemampuan membaca (maharatul
qira’ah), dan kemampuan menulis (maharatul
kitabah).
E. Telaah
Pustaka
1. Kajian
Teoritik
a.
Minat Belajar Bahasa Arab
1)
Pengertian
Minat Belajar Bahasa Arab
Secara bahasa minat berarti
“kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.[20]
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan
memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata
lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.[21]
Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat.
Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya
sementara, adakalanya timbul adakalanya menghilang.[22]
Suatu Minat dapat diekspresikan
melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.[23]
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.[24]
Menurut Gagne belajar merupakan
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.[25]
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan.[26]
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti.[27]
Hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati
dan disadarinya.[28]
Belajar merupakan kegiatan
mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam
diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya
dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung
kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang
telah diperoleh melalui belajar.[29]
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif konstan dan berbekas.[30]
Dari pengertian minat dan
belajar sebagimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan
keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan
tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2)
Unsur-unsur
Minat
Bertolak dari pengertian minat
sebagaimana diuraikan di atas, maka unsur-unsur minat meliputi:
a.
Perasaan
senang
b.
Perhatian
c.
Kemauan
d.
Keaktifan
e.
Ketertarikan
3)
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Minat Belajar Mahasiswa
Menurut Bloom (1970) sebagaimana
dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009) mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi minat di antaranya adalah pekerjaan, sosial
ekonomi, bakat, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian dan pengaruh lingkungan.[31]
Selain faktor-faktor di atas di
antara faktor yang mempengaruhi minat adalah motivasi, belajar, bahan pelajaran
dan sikap guru, keluarga, teman pergaulan, cita-cita, bakat, hobi, media massa,
fasilitas dan lain-lain.
4)
Beberapa
Cara yang Dapat Dilakukan Untuk Meningkatkan Minat Mahasiswa terhadap Mata
Kuliah Bahasa Arab
Dosen perlu membangkitkan minat
mahasiswa agar pelajaran yang diberikan mudah dimengerti. Kurangnya minat
belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang
tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru. Ada beberapa
macam cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik di
antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Membandingkan
adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik,
b.
Menghubungkan
bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak
didik,
c.
Memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik,
d.
Menggunakan
berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual
anak didik. [32]
5)
Fungsi
minat dalam belajar
Fungsi minat dalam belajar
adalah sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat
kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda
dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya tergerak
untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya.
Minat mampu membangkitkan motivasi siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Sri Esti Wuryani Djiwandono bahwa salah satu cara yang kelihatan
logis untuk memotivasi siswa adalah dengan adalah dengan menghubungkan
pengalaman belajar dengan minat siswa.[33]
b.
Kemampuan Berbahasa Arab
1)
Pengertian
Kemampuan Berbahasa Arab
Secara bahasa kemampuan sama
dengan kesanggupan atau kecakapan. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan
sesorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa.[34]
Kemampuan berbahasa adalah kemampuan individu untuk memahami bahasa yang
digunakan secara lisan, mengungkapkan diri secara lisan, memahami bahasa yang
diungkapkan secara tertulis, mengungkapkan diri secara tertulis.
Dwijawandono sebagaimana dikutip
oleh Abdul Wahab Rosyidi mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa yang
menjadi tujuan utama adalah penguasaan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa
mengacu pada kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam
komunikasi nyata. Dengan Kemampuan berbahasa seseorang dapat mengungkapkan
pikiran dan isi hatinya kepada orang lain yang merupakan tujuan pokok
pengajaran bahasa sebagai suatu bentuk berkomunikasi. Dalam kajian kebahasaan,
kemampuan berbahasa bersifat konkret dan mengacu kepada penggunaan bahasa
senyatanya, dalam bentuk lisan yang dapat didengar atau dalam bentuk tertulis
yang bisa dibaca. Semua itu merupakan sasaran tes bahasa yang merupakan bagian
dari kajian kebahasaan dan pendidikan khususnya kajian kebahasaan terapan. [35]
2)
Jenis-jenis
Keterampilan Berbahasa Arab
Bahasa Arab sebagaimana
bahasa-bahasa yang lain memiliki empat keterampilan berbahasa (مهارة اللغة) atau dikenal pula dengan فنون اللغة (seni-seni
bahasa). Dengan menggunaan kata maharah dapat dipahami bahwa aspek
paling mendasar dari bahasa itu adalah alat komunikasi, dan keterampilan adalah
bagian yang paling mendasar ketika menggunakan bahasa. Keempat maharah
itu antara lain adalah; مهارة الاستماع /listening
(keterampilan mendengar), مهارة
الكلم /speaking (keterampilan
berbicara), مهارة القراءة /reading (keterampilan membaca), dan مهارة الكتابـــة/writing (keterampilan menulis).[36]
Meskipun secara garis besar
keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat macam sebenarnya dibalik ke empat
keterampilan tersebut terdapat satu ilmu yang sangat penting untuk dikuasai.
Ilmu itu dikenal dengan ilmu qawaid (gramatikal) yang secara garis besar
terdiri atas dua bagian, yaitu nahwu dan sharaf.[37]
3)
Kompetensi
Bahasa Arab
kompetensi berasal dari bahasa
Inggris yaitu competence yang berarti kecakapan, kemampuan kompetensi
serta wewenang.[38]
Adapun padanan kata competence
dalam bahasa Arab adalah kafa’ah. Jadi kata kompetensi berasal dari kata
competence yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau otoritas untuk melakukan
sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.[39]
Belajar bahasa Arab mempunyai
sebuah tujuan yang sangat tinggi yaitu untuk memiliki kompetensi berbahasa.
Sehingga seseorang dapat menggunakan bahasa itu untuk memenuhi keperluan
hidupnya. Misalnya untuk berkomunikasi dalam rangka mengungkapkan dan
menyampaikan pesan kepada orang lain, atau meminta bantuan dalam mencapai
keinginannya.[40]
Indikator bahwa seseorang yang
menguasai bahasa Arab adalah dia
menguasai kompetensi bahasa Arab
tersebut. Kompetensi tersebut meliputi empat keterampilan berbahasa
yaitu istima’ (mendengar), kalam (berbicara), qira’ah (membaca), dan kitabah
(menulis). Penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing kompetensi
keterampilan tersebut akan penulis uraian di bagian Indikator kemampuan
berbahasa Arab.
4)
Pentingnya
belajar bahasa Arab
Bahasa Arab adalah bahasa wahyu,
al-Qur’an menyebutkan bahasa Arab sebagai bahasa wahyu di beberapa ayat di antaranya;
(QS. al-Zukhruf: 3, Yusuf: 2, Fussilat: 3 & 44, al-Syura: 7, al-Ahqaf: 12,
al-Ra’d: 37, al-Nahl: 103, Taha: 113, al-Syu’ara: 192-195 dan al-Zumar: 27-28).
Bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an, bukan hanya sekedar bahasa bangsa
tertentu, bahasa Arab adalah bahasa umat islam, maka sudah menjadi sebuah
keharusan bagi umat islam untuk mempelajarinya dan mempunyai rasa memiliki dan
kepedulian terhadap bahasa Arab, karena kalau bukan kita umat islam, siapa lagi
yang mau peduli.
Di antaranya di bawah ini
penulis kemukakan beberapa ayat yang penulis sebutkan di atas:
y7Ï9ºxx.ur çm»oYø9tRr& $¸Jõ3ãm $wÎ/{tã 4
Artinya:
Dan Demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang
benar) dalam bahasa Arab. (Q.S. ar
Ra’du:37)[41]
$ºR#uäöè% $Î/ttã uöxî Ï 8luqÏã öNßg¯=yè©9 tbqà)Gt ÇËÑÈ
Artinya:
(ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya)
supaya mereka bertakwa. (Q.S. az-Zumar:28)[42]
y7Ï9ºxx.ur !$uZøym÷rr& y7øs9Î) $ºR#uäöè% $|Î/ttã ... ÇÐÈ
Artinya:
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab... (Q.S.
As-Syuura:7)[43]
Selain
itu, rasulullah SAW juga bersabda:
اَحِبُّوْا الْعَرَبَ
لِثَلاَثٍ لأَنِّى عَرَبِىٌّ وَلْقُرْﺁنَ عَرَبِيٌّ وَكَلاَمَ اَهْلِ الْجَنَّةِ
فِى الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ (رواه
الطبرنى)
Artinya:
Cintailah bahasa Arab karena tiga hal,
yaitu bahwa saya adalah orang Arab, bahwa al-Qur’an adalah bahasa Arab, dan
bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa Arab. (HR. al-Thabrani)[44]
Selain
bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits, anjuran untuk mempelajari bahasa Arab
juga ada yang berasal dari perkataan sahabat seperti perkataan Umar bin
Khattab:
اَحْرِصُوْا عَلَى تَعَلُّمِ
اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ فَإِنَّهُ جُزْءٌ مِنْ دِيْنِكُمْ (عمر ابن خطاب)
Artinya:
Bersemangatlah dalam mempelajari bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab
adalah bagian dari agamamu (Umar Ibnu Khattab)[45]
2. Kajian
Penelitian yang Relevan
Penelitian
yang mengambil minat sebagai objek penelitiannya sudah pernah dilakukan. Begitu pula penelitian yang
mengambil bahasa Arab sebagai objek kajian penelitiannya. Selain hasil-hasil
penelitian, buku-buku yang berkaitan dengan minat pun juga telah banyak. Di bawah
ini penulis cantumkan beberapa penelitian dan buku yang menyangkut tentang
masalah minat dan kemampuan berbahasa sekaligus menjadi alasan mengapa
penelitian ini layak dan menarik untuk dilakukan :
a.
Agus
Widiyatmo (2010), dalam penelitian berjudul “Hubungan Minat dan Motivasi
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta” menyimpulkan
bahwa tingginya minat belajar dan
motivasi belajar secara bersamaan akan meningkatkan prestasi belajar, maka
untuk meningkatkan prestasi belajar
sebaiknya sejak awal perkuliahan dosen perlu menumbuhkan minat belajar
dan motivasi belajar pada mahasiswa sehingga diharapkan prestasi belajar akan
meningkat.
b.
Mukti
Ali, (2008) dalam penelitian berjudul
“Pembentukan Kemampuan Berbahasa Arab Pada Anak Usia Prasekolah Di TPQ
Nur Iman Karang jambu Purwanegara Purwokerto Utara” menyimpulkan bahwa
pembentukan kemampuan berbahasa Arab di TPQ Nur Iman, banyak dipengaruhi oleh
kemampuan ustadz dalam menguasai materi pelajaran, hal ini terbukti
karena ustadz yang mengajar sudah ahli di bidang bahasa Arab, dan juga
didukung oleh kurikulum, sarana yang mendukung pembelajaran, dan lingkungan
kelas yang kondusif. Begitu juga dengan kurikulum pelajaran bahasa Arab, di mana
dalam kurikulum, kemampuan berbahasa Arab yang mencakup empat kemampuan
berbahasa, kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan
kemampuan menulis, merupakan tujuan utama diadakannya pelajaran bahasa Arab. Untuk
mendukung pelaksanaan pembentukan kemampuan berbahasa Arab tersebut, dari pihak
TPQ juga menyediakan sarana yang memadai, yaitu dengan pengadaan buku-buku
maupun media-media yang berkaitan dengan bahasa Arab.
c.
Slameto,
(2003) dalam bukunya berjudul “Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya”
menjelaskan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, minat tidak dibawa sejak lahir,
melainkan diperoleh kemudian. Mengembangkan minat adalah membantu siswa melihat
bagaimana hubungan materi yang dipelajarinya dengan dirinya sendiri.
Membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat
yang telah ada.
Berdasarkan
karya tulis skripsi di atas memang telah ada penelitian yang membahas tentang
minat dan kemampuan berbahasa, akan tetapi belum ada yang meneliti tentang
pengaruh minat belajar terhadap kemampuan berbahasa Arab.
F.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah alternatif
dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika
yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran
yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang
dikumpulkan melalui penelitian.[46] Menurut
Yatim Rianto (1996) sebagaimana dikutip oleh Nurul Zuriah (2007) mengatakan
bahwa hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu (1)
hipotesis nihil (null hypothesis) yang biasa disebut dengan Ho, dan (2)
hipotesis alternatif (alternative hypothesis) biasanya disebut
hipotesis kerja atau disingkat Ha.[47]
Hipotesis nihil
(Ho) adalah
hipotesis yang menyatakan
tidak adanya hubungan atau pengaruh
antara
variabel dengan variabel lain.[48] Hipotesis
nihil dalam penelitian ini adalah tidak berpengaruh antara minat belajar bahasa
Arab terhadap kemampuan berbahasa Arab.
Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan atau pengaruh
antara
variabel dengan variabel lain.[49] Dalam penelitian ini, peneliti
mengajukan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja yaitu terdapat pengaruh
yang signifikan antara minat belajar bahasa
Arab terhadap kemampuan berbahasa Arab. Semakin
tinggi minat belajar bahasa Arab semakin tinggi kemampuan berbahasa Arab mahasiswa.
G.
Metode Penelitian
1.
Jenis
dan Pendekatan Penelitian
Jika ditinjau dari segi bidang
yang diteliti penelitian ini adalah penelitian sosial, yaitu penelitian yang
secara khusus meneliti bidang sosial seperti ekonomi, pendidikan, hukum dan
sebagainya.[50]
Jika ditinjau dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang langsung
dilakukan di lapangan atau pada responden.[51] Data-data
yang dikumpulkan dari lapangan langsung terhadap obyek yang bersangkutan yaitu
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta. Namun jika dilihat dari sifat
penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian yang analisisnya menggunakan analisis statistik.
2.
Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
selama 3 (tiga) bulan dimulai bulan Oktober – Desember 2011, bertempat di
Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta
Kutai Timur, yang beralamat di Jl. APT Pranoto, Sangatta Utara.
3.
Populasi,
Sampel dan Teknik Pengambilan sampel
Untuk meneliti subyek yang ada
di lapangan penelitian ini menggunakan metode populasi dan sampel.
1.
Populasi
Populasi
adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian
peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda, sistem dan
prosuder, fenomena dan lain-lain.[52] Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester V Sekolah Tinggi Agama Islam
Sangatta Kutai Timur yang berjumlah 115
orang. Tersebar di tiga kelas yaitu: kelas A5, B5, dan C5, jumlah populasi
masing-masing kelas adalah A5 berjumlah 28 orang, B5 berjumlah 43 orang dan C5
berjumlah 44 orang.
2.
Sampel
dan Teknik Pengambilan sampel
Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi.[53] Menurut
Suharsimi Arikunto (2006) apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah
subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.[54]
Sampel diambil dengan teknik cluster
random sampling. Cluster random sampling digunakan
bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari
kelompok-kelompok individu atau cluster.[55] Sampel
diambil dengan sistem undian dengan maksud agar setiap kelas/kelompok
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun
tekniknya dengan mengundi gulungan kertas yang didalamnya tertulis nama kelas.
Adapun
sampel dalam penelitian ini diambil sebesar 30% dari populasi yang ada yaitu
sebesar 35 orang. Sampel diambil dari setiap kelas dengan perhitungan:
Ket:
: Jumlah Populasi menurut kelas
: Jumlah sample seluruhnya
N : Jumlah popuasi seluruhnya
Dari
hasil perhitungan di ambil sampel di kelas A5 sebanyak 9 orang, kelas B5 sebanyak 13 orang, dan
kelas C5 sebanyak 13 orang. Jadi
jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 13 orang
4.
Variabel
dan Indikator Penelitian
a.
Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran, yang dimiliki, atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Menurut hubungannya
antara satu variabel dengan variabel lain maka macam-macam variabel dalam
penelitian dibedakan menjadi :[56]
1)
Variabel
independent: variabel ini sering disebut dengan variabel antecedent
dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel independen atau
variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Minat belajar bahasa Arab
2)
Variabel
dependent sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel independen atau terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
berbahasa Arab
b.
Indikator
a)
Indikator
Minat Belajar
Indikator
|
Penjabaran Indikator
|
a. Perhatian
|
a.
Hadir dan Mengikuti penjelasan dosen
dengan penuh perhatian
b.
Focus pada materi pelajaran selama pelajaran berlangsung
|
b. Ketertarikan
|
a.
Bahan pelajaran bahasa Arab menantang untuk dikaji
b.
Pelajaran bahasa Arab
yang disampaikan oleh guru sesuai Dengan kebutuhan mahasiswa sehingga
tertarik dengan mempelajarinya
c.
Materi pelajaran bahasa Arab yang disampaikan oleh guru sangat menarik
d.
Tertarik mengikuti setiap kegiatan pembelajaran bahasa
Arab di luar kelas atau di luar jam
kuliah
|
c. Rasa Senang
|
a.
Senang ketika mengikuti mata pelajaran bahasa Arab
b.
Senang jika jam pelajaran bahasa Arab ditambah
c.
Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan senang hati
tanpa merasa dipaksa
|
d. Kemauan
|
a.
Mengikuti mata pelajaran bahasa Arab dengan kemauan sendiri
b.
Mempunyai kemauan untuk tahu materi yang akan dipelajari
di pertemuan berikutnya
|
e. Keaktifan
|
a.
Aktif apabila ada
kesempatan bertanya
b.
Mengikuti penjelasan guru dalam setiap pembelajaran bahasa
Arab
c.
Selalu hadir mengikuti pelajaran bahasa Arab
d.
Sering mencatat materi-materi yang diberikan guru
e.
Selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
f.
Mencatat pelajaran dari teman bila saya berhalangan hadir
g.
Jika saya mendapat kesulitan dalam pekerjaan rumah atau
tugas saya akan tetap mengerjakannya karena kesulitan tersebut merupakan
tantangan bagi saya dan juga bisa belajar dalam menyelesaikannya
|
f. Konsentrasi
|
a.
Selama proses pembelajaran bahasa Arab berlangsung saya selalu berkonsentrasi
penuh pada materi yang disampaikan guru
|
b)
Indikator
kemampuan berbahasa Arab
Indikator
|
Penjabaran
Indikator
|
Kemahiran menyimak
|
a.
Mampu mengetahui bunyi bahasa Arab dengan makhrajnya serta Mampu membedakan bunyi
huruf yang berbeda
b.
Mampu mengenali perbedaan antara bunyi antara huruf yang
berbeda
c.
Mampu mengetahui kaidah bahasa untuk memecahkan tanda
bunyi
d.
Mampu mengetahui makna kosakata (mufradat)
e.
Mampu memberikan perhatian pada waktu yang lama
f.
Mampu menyusun bunyi dalam kelompok kata yang bermakna
g.
Mampu memahami isi pesan yang didengarkan baik tanpa
menambah, mengurangi, dan atau mengubah
|
Kemahiran berbicara
|
a.
Mampu mengeluarkan bunyi Arab dari makhraj yang benar
b.
Membedakan ucapan antara harakat panjang dan pendek
c.
Memperhatikan intonasi dalam berbicara
d.
Mengungkapkan ide dengan tarkib yang benar
e.
Berbicara dengan lancar
f.
Mampu berhenti pada tempat yang sesuai di tengah-tengah
pembicaraan
g.
Mampu memulai dan mengakhiri pembicaraan secara alami
h.
Mampu mengungkapkan ide/pemikiran dengan bahasa yang dapat
dipahami oleh native
|
1.
Kemahiran berbicara
|
a.
Mampu mengucapkan bunyi dari makhrajnya serta membedakan
bunyi huruf yang mirip seperti qaf
dengan kaf
b.
Mampu menghubungkan tanda dengan maknanya
c.
Mampu memahami apa yang dia baca, baik secara global
maupun secara terperinci
d.
Mampu memperhatian harakat panjang dan pendek
e.
Mampu berhenti pada tempat yang sesuai
f.
Mampu membuat ringkasan atau kesimpulan ide-ide pokok
g.
Mampu membedakan ide pokok dan ide sekunder
h.
Tidak mengulang-ulang kata
i.
Mampu membedakan materi bacaan yang membutuhkan renungan
dan analisis dan yang sekilas saja
j.
Mampu mengetahui awal dan akhir dari sebuah kalimat.
k.
Mampu membaca dengan baik dan benar (salamah wa shahihah) sesuai dengan kaedah nahwu, sharf, dan
tanda baca (‘alamat al-tarqim)
|
Kemahiran menulis
|
a.
Mampu menulis huruf arab
b.
Mengetahu tanda baca (‘alamat
al-tarqim) dengan cepat
c.
Mampu mengungkapkan pemikiran dengan logis dan runtut
melalui tulisan dengan memperhatikan aturan kaidah-kaidah bahasa, tanda baca,
dan diksi kata (mufradat) secara
tepat, sehingga maksud penulis dapat dipahami.
|
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang peneliti gunakan
dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Angket
Angket
atau questionaire adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui
pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan
peneliti. Responden ditentukan berdasarkan teknik sampling.[57] Angket diberikan pada
para mahasiswa semester V di Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur Tahun Akademik 2011/2012 yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 35 orang, dengan tujuan
untuk menjaring informasi tentang minat belajar bahasa Arab. Adapun jenis angket yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih
satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan
tanda silang (x) atau tanda (√) check list.
b.
Wawancara.
Wawancara
adalah bentuk komunikasi langsung antara
peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam
hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media
yang melengkapi kata-kata secara verbal.[58] wawancara ditujukan
kepada sebagian mahasiswa yang menjadi sampel penelitian, untuk melakukan cross
check terhadap jawaban angket yang diberikan. Wawancara ini digunakan untuk
memperoleh data-data tentang minat belajar bahasa Arab mahasiswa semester V
Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur dengan menyiapkan interview
guide.
c.
Observasi
Observasi atau pengamatan adalah
metode pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi
sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.[59]
Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu dilakukan dengan melihat,
mendengar, merasakan, yang kemudian dicatat seobyektif mungkin. Dalam
penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat yang berpartisipasi secara
penuh, yakni menyamakan diri dengan orang yang diteliti. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan Check List yaitu suatu
daftar yang berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki.[60]
d.
Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.[61]
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan
yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[62] Data yang diperoleh berupa ukuran
kemampuan masing-masing responden. Tes sebagai alat pengumpul data dapat
diartikan sebagai pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mahasiswa untuk
mendapat jawaban dari mahasiswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk
tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Data yang
diperoleh berupa ukuran kemampuan masing-masing responden. Tes digunakan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Arab. Tes diberikan dalam dua bentuk yaitu
lisan dan tulisan.
e. Dokumentasi
Dukumen
adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu
yang lalu.[63]
Dalam
penelitian ini yang dimaksud dokumentasi adalah Suatu metode pengumpulan data
dengan jalan melihat catatan yang sudah ada. Dokumentasi sebagai sumber data
dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer adalah sumber asli yang diambil atau
diperoleh secara langsung dari pihak pertama, sedangkan sumber data sekunder
adalah sumber yang diperoleh dari pihak lain. Data dalam penelitian ini
merupakan data primer yaitu dengan jalan menyalin dari dokumen Kartu Hasil Studi (KHS)
mahasiswa Semester
IV tahun Akademik 2011/2012. Selanjutnya nilai
dari Kartu Hasil Studi (KHS) dipadukan dengan nilai yang diperoleh dari hasil
tes kemampuan berbahasa mahasiswa dan diambil rata-ratanya.
6.
Teknik
Pengolahan Data
Dalam pengolahan data penulis menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut:
a.
Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan angket yang
berhasil dikumpulkan.
b.
Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket, yaitu
sebagai berikut:
Alternatif
Jawaban
|
Skor
|
|
Positif
|
Negatif
|
|
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Tidak Pernah
|
5
4
3
2
1
|
1
2
3
4
5
|
c.
Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan
ke dalam tabel-tabel yang telah disediakan.
7.
Uji
Instrumen Penelitian
Alat-alat yang pengukur pada
umumnya harus memenuhi dua syarat utama. Instrumen itu harus valid dan harus
reliabel.[64]
a.
Validitas
Suatu alat dikatakan valid jika
alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu.[65]
Pada umumnya validitas alat ukur diselidiki dengan (1) logika, (2) statistik.[66] Validitas alat ukur dalam penelitian ini diuji
dengan menggunakan kedua cara di atas yaitu dengan logika menganalisis
butir-butir item angket dan soal-soal tes. Menurut S. Nasution (2008),
validitas ada macam-macamnya yaitu (1)
validitas isi, (2) validitas prediktif (3) validitas konstrak.[67]
1)
Validitas
isi
Validitas isi maksudnya bahan
yang diuji atau dites relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, dan
pengalaman atau latar belakang yang diuji.[68] Untuk
instrumen yang berbentuk tes, pengujian validasi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan.[69]
2)
Validitas
Prediktif
Dengan validitas Prediktif
dimaksud adanya kesesuaian antara ramalan (prediksi) tentang kelakuan seseorang
dengan kelakuannya yang nyata.[70] Disebut
juga validitas eksternal. Validitas eksternal diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
3)
Validitas
konstrak
Untuk menguji validitas
konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Para
ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Kemudian
instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah
anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan,
maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu
dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.[71]
b.
Reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan
reliabel bila alat ukur itu mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan
menunjukkan hasil yang sama. Tes yang tidak reliabel dengan sendirinya tidak
valid.[72]
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode tes dan re-tes yaitu sampel
yang sama (sampel A) dites pada waktu I dan kemudian di-re-tes atau dites
kembali dengan menggunakan tes yang sama pada waktu yang berlainan (waktu II).
Menurut S. Nasution (2008), tidak ada patokan tentang lama interval antara tes
dan re-tes, akan tetapi biasanya interval itu berkisar antara dua sampai empat
minggu.[73]
Mempertimbangkan pendapat tersebut peneliti melakukan re-tes empat minggu
setelah dilakukan tes pertama. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi
positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.[74]
8.
Teknik
Analisis Data
Teknik Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi. Teknik analisis korelasi adalah teknik analisis statistik
mengenai hubungan antara dua variabel.[75] Derajat
hubungannya bisa diukur dan digambarkan dengan koefisien korelasi.[76] Teknik
analisis ini digunakan dalam menguji besarnya pengaruh dan kontribusi variabel
X (minat belajar bahasa Arab) terhadap variabel Y (kemampuan berbahasa Arab
Mahasiswa). Teknik analisis korelasi PPMC (Pearson Product Moment corelation) memiliki beberapa persyaratan tertentu, di antaranya
data dipilih secara acak (random) data berdistribusi normal, data yang
dihubungkan berpola linear, dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang
sama sesuai dengan subjek yang sama. Kalau salah satu persyaratan tersebut
tidak terpenuhi maka analisis korelasi tidak dapat dilakukan.[77]
Berdasarkan beberapa persyaratan di atas penelitian ini memenuhi persyaratan
untuk menggunakan analisis korelasi.
Adapun rumus yang digunakan
adalah:[78]
Dengan pengertian:
= Angka indeks korelasi “r” Products momen
N = Jumlah responden
X = Minat belajar bahasa Arab
Y = Kemampuan berbahasa Arab mahasiswa
SXY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan
skor Y
SX =
Jumlah seluruh skor X
SY = Jumlah seluruh skor variabel Y
SX² = Jumlah kuadrat variabel X
SY² = Jumlah kuadrat variabel Y
Dalam melakukan interpretasi koefesion
korelasi nilai “r” product moment, peneliti menggunakan pedoman sebagai
berikut:[79]
Interval koefesien
|
Tingkat Hubungan
|
0,80-1,000
0,60-0,799
0,40-0,699
0,20-0,399
0,00-1,199
|
Sangat Kuat
Kuat
Cukup kuat
Rendah
Sangat Rendah
|
Selain melakukan analisis
menggunakan rumus korelasi product moment peneliti juga menggunakan bantuan
aplikasi SPSS.
Setelah mengetahui hasil
korelasi PPMC (Person Product Moment Corelation), Selanjutnya dilakukan
uji signifikansi dengan rumus:[80]
Keterangan:
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya
sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien
determinan yaitu:[81]
Keterangan:
KD = Nilai koefisien determinan
r = Nilai koefisien korelasi
Dalam melakukan interpretasi
nilai rata-rata peneliti menggunakan pedoman sebagai berikut:
Interpretasi Koefisien
|
Interpretasi Nilai
|
3,30 – 4,00
2,50 – 3,20
1,70 – 2,40
0,81 – 1,60
0,00 – 0,80
|
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
|
H.
Sistematika
Laporan Penelitian
Dalam menyusun laporan
penelitian ini penyusun membagi menjadi lima bab yang terdiri dari :
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITASI
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Bab I pendahuluan berisi latar
belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori dan
Pengajuan Hipotesis berisi Deskripsi Teori, kajian penelitian yang relevan,
hipotesis penelitian.
Bab III Metodelogi Penelitian berisi
jenis dan pendekatan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel
dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan Indikator, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, Uji instrumen penelitian, teknik
analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi
Deskripsi data hasil penelitian, pengujian hipotesis, pembahasan hasil
penelitian, keterbatasan hasil penelitian.
Bab V kesimpulan dan
Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENELITI
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994.
Al-Ghulayainiy, Mushthafa, Jami al-Durus
al-Arabiyah, Juz 1, Beirut: al-Maktabah al-Ashariyyah litthiba’ah wa
nasyar, 1993.
Ali, Mukti, Pembentukan Kemampuan Berbahasa Arab pada
Anak Usia Prasekolah di TPQ Nur Iman Karang Jambu Purwanegara Purwokerto Utara,
(STAIN Porwekerto, 2008)
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta:
Rineka Cipta, 2007.
_____, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Arsyad , Azhar, Bahasa
Arab dan Metode pengajarannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Ary, Donald, dkk., Introduction to Research in Education, terj., Arief
Furchan, Pengantar Penelitian Dalam
Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Best , John W., Research In Education, terj., Sanafiah Faisal, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi
Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,
2008.
Djiwandono , Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan,Jakarta:
PT. Grasindo, 2008.
Echols, John M. dan
Shadily, Hassan, Kamus Bahasa Inggris, Jakarta: PT. Gramedia, 2005.
Gulo, W., Metode Penelitian. Jakarta: PT Grasindo,
2007.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang, Strategi
Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Karim, Abdullah, Sejarah
pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publiser, 2009.
Kountur, Ronny, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi
dan Tesis, Jakarta: Penerbit
PPM,2007.
Machmudah, Umi dan
Abdul Rosyidi, Wahab, Active Learning
dalam Pembelajaran Bahasa Arab,Malang: UIN-Malang, 2008.
Makruf, Imam, Strategi
Pembelajaran bahasa Arab, Semarang: Need’s Press, 2009.
Margono, S., Metode
Penelitian Pendidikan,Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Munawari, Akhmad, Belajar
Cepat Tata Bahasa Arab Program 30 Jam, Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007.
Narbuko, Cholid dan
Achmadi, Abu, Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
Nasution, S., Metode Research, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008.
Riduwan dan Sunarto, Pengantar Statistik Untuk Penelitian
Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis, Bandung: Alfabeta,2007.
Riduwan, Belajar Mudah
Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta,
2010
_____, Metode dan
Teknik Menyusun Proposal Penelitian,Bandung: Alfabeta, 2009.
Rosyidi, Abdul Wahab, Media
Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: UIN Malang.2009.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik pendidikan,
Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2008.
Sugiono, Metode Penelitian
Pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, 2010.
Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, Semarang:
Walisongo Press, 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Widiyatmo, Agus,, Hubungan Minat dan Motivasi dengan
Prestasi Belajar Mahasiswa Program Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, (Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2010)
Winkel, W.S., Psikologi
Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2007.
Zuriah, Nurul,
Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
[1] Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang:
UIN-Malang, 2008), hal. 1.
[2] Ibid., hal. 3.
[3] Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang:
PT Kumudasmoro Grafindo, 1994), hal. 910-911.
[4]
Dikeluarkan oleh Muslim dalam shahihnya,
Hadits no. 7028,
Ibnu Majah dalam sunannya, hadits no. 230, dan dikeluarkan pula melalui jalur
periwayatan yang lain tanpa lafadz “bihi” oleh Tirmidzi dalam sunannya, hadits
no. 2858, Abu Isa berkata hadits ini hasan
[5] Dikeluarkan oleh Tirmidzi, dalam sunannya, hadits no. 2785. Hadits ini
hadits hasan gharib.
[6] M. Dalyono, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 56-57.
[7] Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),
cet. 3, hal. 180.
[8] Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Malang.2009),
hal. 61-62.
[10] Al-Quran dan Terjemahannya, op.
cit., hal. 384.
[11] Ibid.,
hal. 11.
[12]
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), cet. 2, hal. 1-2.
[13]
Islam menunjukkan eksistensinya pada abad ke- 13 M di sumatra dan 15 M di Jawa (lihat Abdullah
Karim, Sejarah pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publiser, 2009)), cet. 2, hal. 326.
[14] Hasil studi pendahuluan
(angket) dari 12 orang mahasasiswa semester
V Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta Kutai Timur diperoleh pada tanggal
20 September 2011.
[15] Hasil dokumentasi
(absen) pada saat pelaksanaan pelatihan intensif bahasa inggris dan bahasa Arab
yang diselenggarakan diakhir semester, dan pelaksanaan pengajian kitab Ta’lim
al Muta’allim setiap hari sabtu pukul 16.00 wita dipeoleh pada tanggal 19
September 2011.
[16] Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), ed. 3, cet. 4, hal. 744.
[18] Mushthafa
al-Ghulayaini, Jami al-Durus al-Arabiyah, Juz 1, (Beirut: al-Maktabah
al-Ashariyah litthiba’ah wa nasyar, 1993), cet. 28, hal. 7.
[19] Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa, op. cit., hal. 707-708.
[20] Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa, loc. cit.
[21] Syaiful Bahri Djamarah,
Psikologi Belajar, ( Jakarta : Rineka
Cipta, 2008), cet. 2, hal. 168.
[22] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru
Profesional,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 23 hal. 28.
[23] Slameto, loc. cit.
[24] Djaali, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 4, hal. 121.
[25] Dimyati dan Mudjiono, Belajar
dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 3, hal. 10.
[26] Oemar Hamalik, Proses
Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), cet. 8, hal. 28.
[27] Ibid., hal. 30.
[28] Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), cet. 9,
hal. 40.
[29] W.S.
Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2007), cet. 10,
hal. 58.
[30] Ibid.,
hal. 59.
[31] Iskandarwassid dan
Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. 2, hal. 114.
[32] Syaiful Bahri Djamarah,
op. cit., hal. 167.
[33] Sri Esti Wuryani
Djiwandono, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Grasindo, 2008), cet. 4,
hal. 365.
[34] Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa, loc.cit.
[35] Abdul Wahab Rosyidi, loc. cit.
[36] Imam Makruf, op. cit., hal. 18.
[37] Ibid., hal. 20.
[38] John
M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2005), cet. 26, hal. 132.
[39] Suja’i, Inovasi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Semarang: Walisongo Press, 2010), hal. 14
[40] Ibid., hal. 13.
[42] Ibid.,
hal. 750.
[43] Ibid.,
hal. 784.
[44]
Akhmad Munawari, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab Program 30 Jam, (Yogyakarta:
Nurma Media Idea, 2007), cet. 15, hal. iii.
[45] Ibid.
[46] Suharsimi Arikunto, Manajemen
Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 55.
[47]
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2007), cet. 2, hal. 163.
[48] Ibid.
[49] Ibid.
[50]
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik,(Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008), cet. 3, hal. 4
[51] Ibid., hal. 5
[52] Ronny Kountur, Metode
Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis, (Jakarta: Penerbit PPM,2007) hal. 145.
[53]
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian,(Bandung:
Alfabeta, 2009), cet. 2, hal. 70.
[54]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 13, hal. 134.
[55] S.
Margono, Metode Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet. 8, hal. 127.
[56] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D) (Bandung
: Alfabeta, 2010) hal. 61.
[57] S. Nasution, Metode
Research, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), cet. 10, hal. 128
[58] W. Gulo, Metode
Penelitian. (Jakarta: PT Grasindo, 2007), cet. 5, hal. 118
[59] Ibid., hal. 116.
[60]
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2007), cet. 8, hal. 74.
[61]
Donald Ary, dkk., Introduction to
Research in Education, terj., Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1982), hal. 256.
[62] Riduwan,
Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula, (Bandung:
Alfabeta, 2010), cet. 6, hal.
76
[63] W. Gulo, op. cit., hal. 123
[64] S. Nasution, op. cit. hal. 74.
[65] Ibid., hal. 85.
[66] Ibid.,
hal. 75.
[67] Ibid.
[68] Ibid.
[69] Sugiyono, op. cit., hal. 182.
[70] S. Nasution, op. cit., hal. 76.
[71] Ibid.,
hal. 177
[72] Ibid., hal. 77.
[73] Ibid.,
hal. 79.
[74] Sugiyono, op. cit., hal. 184.
[75] Anas Sudijono, Pengantar
Statistik pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), cet. 21, hal 179.
[76] John W. Best, Research
In Education, terj., Sanafiah
Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), hal. 293.
[77] Riduan dan Sunarto, Pengantar
Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis,
(Bandung: Alfabeta,2007) hal. 80.
[78] Ibid., hal. 80.
[80]
Riduwan, Metode dan teknik menyusun proposal penelitian,hal. 76.
3 Comments
maaf kak mw nanya
ReplyDeleteuntuk catatan kaki yaang
[34] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, loc.cit.
[35] Abdul Wahab Rosyidi, loc. cit.
klo boleh tw rujukan buku apa,,, maaf sy kurang mengerti
Baca catatan kaki nomor 8 dan 16 mba, itu judul bukunya
ReplyDeletelbid tu apah yah?
ReplyDelete